UK Petra Kenalkan Kain Sarung Lewat Daring Kepada 11 Negara
Universitas Kristen (UK) Petra menggelar Konsorsium Sura-Bali. Konsorsium Sura-Bali merupakan salah satu kegiatan tahunan. Pada tahun ini, acara tersebut tetap digelar secara daring karena pandemi Covid-19 yang belum mereda.
"Konsorsium ini sendiri telah berlangsung sejak tahun 2018, namun kali ini diadakan virtual dengan konsep community immersion. Peserta kali ini mencapai 183 peserta dari 11 negara mulai dari Malaysia, India, Tanzania (East Africa), Lithuania (Europe), Pakistan, Philippines, Mymanmar, Bangladesh, China-Hongkong, Turki dan Indonesia," urai Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M. Eng., selaku rektor UK Petra saat memberikan sambutannya secara daring dalam pembukaan di UK Petra.
Acara yang berlangsung mulai 16 hingga 27 November 2020 ini dilakukan di tiga universitas yang ada di Surabaya dan Bali.
“Sura-Bali 2020 diselenggarakan bersama Universitas Kristen Petra (UK Petra), Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Udayana (Udayana) sebagai wadah untuk memperkenalkan dan merasakan budaya masyarakat Indonesia kepada pemuda di seluruh dunia," kata Djwantoro
Dalam sambutannya Djwantoro mengakui bahwa acara tahun ini memang tidak ideal karena keadaan. Meski demikian, dirinya tetap mengapresiasi 11 negara yang sudah berpartisipasi.
"Tahun ini tidak ideal seperti yang direncanakan karena pandemi COVID-19. Apresiasi saya untuk semua peserta yang datang dari 11 negara berbeda, mulai dari Asia, Eropa dan Afrika, dan tentunya dari Indonesia.”, urai Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito.
UK Petra menjadi Universitas terakhir yang memberikan pembelajaran setelah dua Universitas sebelumnya. UK Petra sendiri mengajak peserta untuk mengenal budaya seni serta cara mengembangkan potensi komunitas Jawa Timur.
Sherly De Yong, S.Sn., M.T., selaku PIC acara Sura-Bali 2020 mengatakan,
UK Petra berfokus pada materi Urban Indo Art & Design yang dipegang oleh Fakultas Seni dan Desain pada tanggal 20-21 November 2020.
Pada hari pertama akan membahas potensi kota dan desa dalam membangun budaya, seni dan desain. Sedangkan hari kedua akan membahas mengenai komunitas batik Jawa Timur-seni sarung, filosofi dan seni kuliner Jawa Timur.
"Secara keseluruhan, para mahasiswa ini harus mengikuti 27 jam pembelajaran online, 31 jam pembelajaran secara mandiri dan 31 jam proyek yang dikerjakan secara berkelompok. Kegiatan secara daring ini berupa kuliah, diskusi kelompok, workshop dan pembelajaran lapangan study field," ungkap Sherly.
Lanjutnya, peserta diajak mengenal dan memahami seni dan budaya dalam konteks desa dan kota. Seperti pada hari kedua, 21 November 2020 mulai pukul 13.00 WIB para peserta diajak belajar mengenai budaya batik dan transformasinya dan filosofi “Sarung” (kain batik yang kedua ujungnya dijahit membentuk lingkaran dengan keliling kurang lebih 2 meter).
Salah satu peserta yang berasal dari Malaysia mengatakan, Meski secara daring, kuliah dikemas sangat menarik seperti talkshow sehingga tidak membosankan dan melelahkan. Proyek akhirnya pun para mahasiswa diminta membuat video atau podcast tentang apa yang sudah dipelajari di SuraBali.
“So far today event was fun, I get excited to know about the Java East culture, the tradition and the city,” urai Nur Fatin Aqilah dari Universiti Teknologi MARA Malaysia.
Advertisement