Ujian Skripsi, Pemain Timnas Ini Diuji Rektor dan Petinggi PSSI
Bagi mahasiswa yang akan menghadapi sidang skripsi, jantung rasanya seperti mau copot. Pasalnya, skripsi adalah beban paling puncak yang harus diselesaikan oleh mahasiswa. Tambah gemetar lagi kalau penguji sidang skripsi bukan dosen pengajar biasanya. Melainkan orang-orang top, bahkan rektornya langsung yang turun gunung untuk menguji.
Itu pula yang dialami oleh Rachmat Irianto, punggawa Timnas Sepak Bola Indonesia dan pemain Persib Bandung. Rachmat Irianto saat ini memang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Rachmat Irianto tiga hari yang lalu menjalani sidang skripsi. Tak tanggung-tanggung yang menjadi pengujinya orang-orang beken semua.
Skripsi Rachmat Irianto yang mengangkat tema tentang profil atlet sepak bola dalam proses pencapaian prestasi ini diuji oleh, Rektor Unesa Prof. Nurhasan, Dosen FIKK, Prof. (HC) Dr. Zainudin Amali yang juga mantan Menpora dan Wakil Ketua PSSI. Kemudian ada juga dan Dekan FIKK Dwi Cahyo Kartiko sebagai penguji lainnya. Dan, sebagai ketua sidang yaitu Mochammad Ridwan, Koordinator Prodi PJKR.
Zainudin Amali mencecar Rian dengan pertanyaan seputar dinamika atlet sepak bola baik di sesi latihan maupun saat di berlaga di atas lapangan, termasuk soal perubahan posisi pemain di lapangan turut menjadi bahan pertanyaan sidang. Perubahan posisi itu dialami Rian yang waktu di SSB Indonesia Muda Surabaya menjadi striker dan menjalani peran sebagai gelandang ketika terjun ke Timnas dan klub profesional.
Sementara dari Cak Hasan (sapaan akrab rektor Unesa) lebih menyoroti bagaimana strategi pencapaian prestasi Rian di dunia sepak bola hingga bisa menembus timnas dan memperkuat Indonesia di berbagai kompetisi sepak bola internasional. Tak lupa dia juga mempertanyakan soal rencana karir Rian ke depan, tepatnya setelah lulus sarjana di Unesa. Berbagai pertanyaan tersebut dijawab tuntas oleh Rian di hadapan keluarga termasuk sang ayah, Bejo Sugiantoro yang menyaksikan jalannya sidang tersebut.
Selepas sidang, Cak Hasan mengatakan bahwa pihaknya terus mendukung pengembangan karir lebih luas bagi para atlet Indonesia. Menurutnya, atlet harus diperhatikan pendidikan dan masa depannya. Karena mereka sudah memberikan yang terbaik untuk daerah dan negaranya. Untuk menjadi atlet butuh seleksi yang tidak mudah, pun butuh latihan yang berjenjang.
Karena itulah, para atlet perlu diberikan apresiasi salah satunya beasiswa pendidikan. Pada kesempatan itu, Cak Hasan juga menawarkan beasiswa lanjut studi (S-2) kepada Rian. Alasannya jelas, kata Cak Hasan, selain sebagai apresiasi atas prestasi Rian sebagai atlet atau pemain bola profesional juga karena kontribusinya di dunia sepak bola tanah air. Ini juga komitmen Cak Hasan untuk menjamin pengembangan karir yang lebih luas bagi para atlet sepak bola atau pemain timnas Indonesia ke depan.
"Tidak hanya S-2, tetapi juga S-3 di sini, kami siapkan beasiswa. Tugas Rian hanyalah fokus latihan dan latihan saja. Terkait pendidikan itu kami sudah siapkan formatnya yang berbeda dari sistem reguler. Istilahnya ada sistem rekognisi yang dikaitkan dengan sejumlah mata kuliah," ucap Cak Hasan.
Dia menambahkan, tidak hanya Rian yang mendapat beasiswa kuliah di Unesa, tetapi juga ada banyak atlet dari cabor sepak bola sampai renang. "Kemarin ada atlet renang dan mendapat delapan medali di PON itu juga kami berikan beasiswa S-2 di FIKK, bahkan kami siapkan kursi untuk menjadi dosen atau pendidik bahkan pelatih di Unesa. Cabang apapun, bagi mereka yang berprestasi kami akan dukung sepenuhnya," tandas Cak Hasan.
Rektor menambahkan, atlet telah melewati sejumlah rangkaian program latihan berkelanjutan dan mereka juga memiliki banyak jam terbang menghadapi para lawan tandingnya di lapangan. Kemampuan ini berharga dan hanya perlu sedikit penguatan dari aspek akademik. Ketika skill di lapangan dipertemukan dengan sport sciences (ilmu keolahragaan) menjadikan atlet sebagai praktisi plus pakar di bidangnya.
"Kita tidak ingin kemampuan atlet ini habis setelah masa latihan atau pengabdian mereka selesai di klub misalnya. Nah, kita ingin kemampuan dan keterampilan mereka itu terwarisi ke generasi atau anak-anak muda lainnya bisa lewat sebagai pelatih atau dosen. Itu yang kita harapkan dan tentu ini harus by design kita bersama," tukas Cak Hasan.
Advertisement