Ujian Hidup untuk Meningkatkan Derajat Manusia
Bencana alam dan sederet musibah terjadi akhir-akhir ini. Hal itu merupakan ujian hidup bagi manusia. Itulah cobaan yang datang dari Allah Subhanahu wa-ta'ala.
Demikian pula sederet ujian dan cobaan oleh Allah Subhanahu wa-ta'ala (SWT) pada setiap manusia, merupakan jalan untuk meningkatkan derajat keimanan manusia. Akankah ia tetap menjadi beriman dan bertakwa? Itulah yang menjadi bagian dinamika hidup setiap manusia.
Setiap musibah dan kebaikan yang menimpa orang beriman merupakan ujian dari Allah Swt. Sesuai dengan Firman-Nya,
Setiap jiwa pasti akan mati. Dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali.” (QS al-Anbiya’: 35).
Ujian baik berupa keburukan maupun kebaikan sejatinya untuk meningkatkan derajat di sisi Allah.
“Semua ujian dan cobaan yang diberikan justru menunjukkan adanya rasa kasih sayang Allah kepada hamba yang beriman. Di mana semakin tinggi tingkat keimanan seseorang maka akan bertambah berat pula ujian dan cobaan yang akan dihadapinya".
Jalan Terjal Makhluk Beriman
Para Nabi sekalipun menghadapi banyak jalan terjal dalam mengemban risalah Allah. Akan tetapi mereka selalu mengajarkan hidup lapang dan optimistik. Agar insan beriman tidak serba sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah. Selain para Nabi, orang-orang saleh juga tidak mungkin lepas dari ujian Allah Swt.
“Seperti Allah menguji Nabi Ayub Alaisi salam dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh tahun, tetapi beliau tetap sabar. Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang menerima ujian berat adalah para shalihin dan ulama, baru secara berurutan ujian yang ringan kepada orang awam. Ketika seseorang berikrar amantu billah, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya,” kata Muhammad Ziyad, aktivis dakwah Muhammadiyah.
Ziyad, yang duduk di Wakil Sekjen MUI, menjelaskan bahwa jika “musibah” yang berupa kebaikan, maka hal itu berasal dari Allah, dan bila “musibah” berupa keburukan –yang kemudian disebut dengan bencana—maka hal itu berasal dari perbuatan manusia sendiri. Karenanya, tidak semua musibah adalah bencana.
Musibah yang disebut bencana dan bermakna negatif adalah musibah yang mendatangkan keburukan bagi manusia dan hal itu merupakan hasil dari perbuatan manusia sendiri juga, bukan dari Allah, meskipun secara kasat mata musibah itu terjadi di alam. Hal tersebut berdasarkan QS. Al-Syura ayat 30.
“Musibah terjadi akibat ulah perbuatan dosa dan kesalahan manusia itu sendiri, baik itu disebabkan karena kekufuran, kemunafikan, dan kemaksiatan mereka kepada Allah. Oleh karena itu, saat musibah datang agar tidak mudah menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Allah dan bahkan menyalahkan taqdir-Nya,” kata Ziyad.