Hewan Transgenik asal AS Disuntik Vaksin Merah Putih Unair
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) terus melakukan pengembangan terhadap proses produksi vaksin virus corona atau Covid-19 yang disebut Vaksin Merah Putih.
Berdasar update terbaru, vaksin yang dikembangkan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif ketika disuntikan kepada hewan transgenik menyerupai manusia yang didatangkan Unair dari Amerika Serikat. "Secara teknis tidak ada masalah. Kalau produksi itu urusan pemerintah dan industri, tapi secara teknis pada laporan terakhir hewan yang disuntik vaksin hewannya sehat-sehat saja, tidak ada dampak yang signifikan," kata Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih, Selasa 13 April 2021.
Hasil itu pun segera dilaporkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.
Walau begitu, ia mengatakan, uji coba tersebut masih belum tuntas. Peneliti akan terus melakukan pengembangan karena butuh proses panjang. Hanya saja, ia tidak merinci prosesnya.
Nasih mengaku, proses pengembangan vaksin ini sempat terkendala karena mendatangkan hewan dari Amerika membutuhkan waktu dua bulan. Itupun ketika tiba di Indonesia harus dilakukan karantina terlebih dahulu selama beberapa hari.
Padahal sesuai rencana proses penyuntikan kepada hewan akan dilaksanakan 15 Maret lalu, namun tertunda dan baru dilaksanakan 9 April lalu. Rektor berdarah Lamongan itu menjelaskan, hewan transgenik harus didatangkan dari Amerika Serikat karena dalam uji coba vaksin diperlukan hewan khusus. Kebetulan selama ini Indonesia belum mengembangkan hewan transgenik sehingga harusn mendatangkan dari Amerika.
"Di Amerika Serikat semuanya telah siap. Kami ingin vaksin ini standarnya internasional biar bisa diakui WHO. Kami juga ingin ini berjalan lancar dan berharap agak diam-diam dulu, mudah-mudahan dua bulan untuk uji coba hewan lancar, sehingga bulan Juli atau Agustus bisa mulai uji klinis," ujarnya.
Saat disinggung terkait apakah pengembangan vaksin tersebut sesuai dengan kabar munculnya virus jenis baru. Nasih tak bisa menjelaskan karena harus menunggu lapora peneliti. "Saya tidak ngerti ya, tapi dari laporan, kami sudah milih yang mendekati strain sisi kiri dan sisi kanan. Insyaallah bisa dipakai untuk virus baru dan virus lama, begitu penjelansannya Pak Fedik (peneliti)," pungkasnya.