UEFA Mulai Pertimbangkan Perubahan Format Liga Champions
Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dikabarkan sedang mempertimbangkan perubahan format Liga Champions yang sudah lama digunakan. Hal ini terpikirkan setelah situasi di tengah pandemi Covid-19 memaksa mereka menggunakan format turnamen mini dengan satu kali pertandingan (bukan home-away) untuk babak 8 besar Liga Champions musim lalu.
Pada babak 8 besar Liga Champions musim 2019/2020, delapan tim harus berlaga di Lisbon, Portugal. Mereka bertarung di tempat netral, dengan semifinal digelar hanya sekali, kemudian ditutup dengan final.
Daya tarik turnamen mini ini tampaknya cukup menyenangkan bagi penonton maupun investor. Sehingga mendorong UEFA untuk mempertimbangkan perubahan format kompetisi antar klub terbesar di Eropa ini di masa depan.
"Setelah pandemi, kami harus melakukan sistem seperti ini," kata presiden UEFA Alexander Ceferin setelah babak final Liga Champions pada Juli 2020 lalu.
"Kami harus bermain dengan cara ini karena pada akhirnya, kami dapat melihat bahwa itu adalah sistem yang menarik. Para penggemar menginginkan pertandingan yang menarik, di mana dalam setiap pertandingan, satu tim dapat mengalahkan yang lain.
"Jadi itu sesuatu yang harus kita pertimbangkan untuk masa depan ..."
Presiden Bayern Munchen, Karl-Heinz Rummenigge tampaknya mendukung format baru itu untuk diterapkan di Liga Champions di masa mendatang.
"UEFA melihat babak 8 besar (Liga Champions) sebagai atraksi sepakbola utama, mirip seperti SuperBowl ," kata Rummenigge kepada media klub Bayern baru-baru ini.
"Kedengarannya bagus, menurut saya. Fase grup Liga Champions yang sudah lama berlangsung membosankan," kritik Rummenigge.
Hadiah Terlalu Kecil
Hanya saja, perubahan format Liga Champions ini tak cukup membuat klub-klub elit Eropa senang. Pasalnya, mereka juga menghendaki hadiah juara lebih besar dari sekarang, sebesar 100 juta euro.
Bandingkan dengan rencana Liga Super Eropa yang digagas oleh anggota Asosiasi Klub Eropa (ECA). Kompetisi anyar yang terus dimatangkan pelaksanaannya itu menawarkan 400 juta euro bagi juaranya.
Besaran itu tentu sangat menggiurkan bagi klub-klub pesertanya. Maka itu, Liga Champions harus mempertimbangkan besaran pembagian pendapatan mereka kepada klub-klub kontestan jika tak ingin ditinggalkan.
Sumber: Marca
Advertisement