UEA Jual Perjuangan Rakyat Palestina, Ini Sikap Luksemburg
Menteri Luar Negeri Luksemburg akhirnya mengeluarkan sikap resminya. Dengan mengecam Uni Emirat Arab (UEA) karena kesepakatannya baru-baru ini untuk menormalkan hubungan dengan Israel, menuduhnya menjual perjuangan Palestina.
"Saya juga tahu karena saya memiliki banyak kontak di kawasan ini, bahwa ada ketakutan terhadap Iran, tetapi saya pikir Anda tidak bisa begitu saja mengecewakan saudara Anda sendiri untuk mengejar kepentingan ekonomi dan mungkin juga mendapatkan keamanan yang lebih untuk diri Anda sendiri," kata Menteri Luar Negeri Luksemburg, Jean Asselborn dalam sebuah wawancara dengan jaringan penyiaran Deutschlandfunk, dikutip Sabtu 15 Agustus 2020.
"Warga Palestina, rakyat Palestina, yang adalah orang Arab, benar-benar terjebak di antara banyak tarikan," tambahnya, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Asselborn mencontohkan sudah sejak lama ada indikasi bahwa solidaritas tidak lagi menjadi prioritas di dunia Arab, terutama di kawasan Teluk.
"Satu hal yang cukup lama dapat dilihat bahwa solidaritas dengan Palestina tidak lagi menjadi prioritas, terutama di Teluk," kata menteri itu.
"Nah, sekarang dijual sedemikian rupa sehingga aneksasi di Tepi Barat benar-benar dicegah. Namun, saya setuju dengan rakyat Palestina ketika mereka mengatakan bahwa sekarang ini berarti Yerusalem adalah ibu kota Israel dan bukan ibu kota Israel dan Palestina," tambahnya.
Asselborn menegaskan kembali dukungan kuatnya untuk solusi dua negara, dengan mengatakan tidak akan ada perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah sampai resolusi ditetapkan antara Israel dan Palestina.
"Pemerintah [Israel] ini mengatakan secara resmi bahwa mereka juga membayangkan solusi dua negara, tetapi semuanya berlawanan dengan solusi dua negara," kata diplomat tertinggi Luksemburg.
"Selama tidak ada solusi dua negara - saya yakin akan hal itu - tidak akan ada stabilitas, bahkan di antara negara-negara Teluk."
Kesepakatan untuk menormalkan hubungan UEA-Israel diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis, mencegah rencana kontroversial Israel untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki.