Ucok Durian, Primadona Kontingen PON XXI 2024 di Medan
Gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024, Ucok Durian merupakan salah satu tempat kuliner yang mendapat berkah melimpah. Pasalnya, kedai ini menjadi salah satu jujukan atlet dan kontingen dari berbagai daerah yang ingin menikmati buah durian varian lokal.
Untuk menuju lokasi, pengunjung tak akan kesulitan mencarinya, karena tempatnya yang berada di tepi jalan raya. Ya, kedai ini terletak di Jalan Wahid Hasyim 30-32, sehingga pengunjung bisa dengan mudah menuju ke tempat ini.
Saking terkenalnya, Anda tinggal meminta antar sopir taxi atau ojek online menuju ke sana. Maklum, selain pelopor penjual durian makan di tempat, Ucok Durian tak memiliki cabang alias hanya ada di satu tempat ini saja.
Bagi Anda yang mengendarai kendaraan pribadi juga tak akan kesulitan menemukan tempatnya. Selain terletak di tengah Kota Medan, gerai Ucok Durian mudah dikenali lantaran bangunannya didominasi warna kuning dan hijau khas buah durian.
Buka 24 jam, kedai milik Zainal Abidin atau yang akrab disapa Ucok ini selalu ramai pengunjung. Tak hanya mereka yang ingin menyantap durian di tempat, para pengunjung yang ingin membawa pulang juga terus berdatangan.
“Kalau tidak ada event besar seperti PON ini, setiap hari pengunjung berjumlah puluhan. Paling hanya akhir pekan yang sampai ratusan,” ujar Didit, karyawan yang sudah 15 tahun bekerja di Ucok Durian ini kepada Ngopibareng.id.
“Beda selama PON berlangsung, pengunjung tidak pernah menyusut meski hari biasa,” tambah karyawan terlama kedai tersebut.
Omzet Meningkat Pesat Selama PON
Gelaran PON di Sumut kali ini membawa peningkatan omzet bagi Ucok Durian. Pasalnya, jika sebelum PON omzetnya rata-rata per hari 35 juta, selama PON berlangsung omzet Ucok Durian meningkat pesat.
“Kalau selama PON ini, rata-rata per hari bisa mencapai Rp60-80 juta,” ujar Zainal Abidin.
Karena kewalahan meladeni pembeli, Ucok pun harus menambah jumlah buruh lepas yang dipekerjakan selama PON saja. Hal ini biasa dilakukan jika Medan punya gawe besar yang menyedot animo banyak orang.
Ucok pun menyortir sendiri buah durian yang baru diturunkan dari mobil boks seperti saat Ngopibareng.id tiba di gerai miliknya. “Bisa dilihat sendiri kan. Di sini saja saya kewalahan, kenapa harus buka cabang. Karena saya harus memastikan sendiri bahwa durian yang datang kondisinya bagus,” jelas Ucok.
Alasan menjaga kualitas durian yang ia jual pula membuat Ucok tak ingin citranya menurun gara-gara di cabang tak menjaga kualitas seperti di gerainya saat ini.
Rencananya, selepas PON, sejumlah buruh lepas itu tak lagi dipekerjakan lantaran jumlah pengunjung diyakini bakal menurun. Hanya karyawan tetap saja yang tersisa. “Ada puluhan karyawan tetap. Jadi masih teratasi kalau tidak seramai ketika ada PON,” ujar bapak tiga anak ini.
Harga Bervariasi
Harga durian di sini bervariasi, mulai Rp75 ribuan sampai ratusan ribu tergantung ukuran. Soal rasa, tak perlu dibahas karena dijamin manis dan ‘berdaging’ baik yang berukuran kecil maupun besar.
Di sini, durian yang dijual hanya durian lokal Indonesia. Tidak ada durian dari luar negeri macam Musang King atau lainnya. Variasinya hanya pada rasa.
“Ada bermacam-macam varian rasa juga. Ada yang manis, legit dan pahit, juga ada yang manis pahit saja tergantung selera pengunjung,” ujar Ucok.
Lebih puas lagi, dijamin tidak ada yang zonk atau merasa tertipu. Sebab setiap ada bagian durian yang kondisi tidak bagus atau tidak manis, akan diganti dengan durian lain dengan kondisi yang lebih baik.
“Kalau ada pengunjung yang tidak minta ganti, yang salah ya mereka sendiri,” ujar Ucok.
“Kami tidak sekadar mengambil untung, tapi menjamin kualitasnya. Sebab, kepuasan pelanggan itu nomor satu bagi kami,” imbuhnya.
Benar saja, sejumlah pelanggan mengaku puas saat menikmati durian di tempat. “Pelayanannya bagus. Begitu saya bilang ada bagian yang busuk, langsung diganti yang baru. Padahal sudah saya makan separuh,” ujar Ahmad Zaini Widodo, kontingen asal Jawa Timur.
Hal senada disampaikan Ronald Seger. Ketua SIWO PWI Jawa Tengah ini mengakui rasa durian di gerai Ucok Durian enak dan berdaging tebal. “Duriannya masih fresh. Rasanya ada manis, legit dan pahit, jadi gak eneg,” kata Seger, yang mengaku menghabiskan tiga buah sekaligus.
Bagi pelanggan yang ingin menjadikan durian sebagai oleh-oleh saat pulang ke daerah asal pun tak perlu khawatir. Sebab, buah durian di sini bisa dibawa ke bagasi pesawat.
“Buah durian biasanya gak bisa dibawa ke pesawat. Tapi dengan cara pengemasan yang kita lakukan, buah durian bisa dibawa ke pesawat. Kita punya cara khusus untuk mengemas atau membungkusnya, sehingga aroma duriannya tak sampai keluar,” terang Ucok.
Dari Gerobak Pinggir Jalan
Kisah perjalanan usaha Ucok Durian sendiri bisa dijadikan inspirasi bagi banyak pengusaha pemula. Karena usaha ini dirintis dari nol dengan omzet ratusan ribu hingga kini puluhan juta rupiah.
Zainal Abidin membangun usahanya dari tahun 1985. Kala itu, pria yang akrab disapa Ucok ini masih berjualan dengan gerobak di pinggir jalan, tepatnya di emperan toko Jalan Iskandar Muda, Medan.
“Awalnya saya bantu-bantu orang jualan. Dari situ saya kumpulkan uang untuk kulakan dan membangun usaha sendiri berskala kecil,” ujar pria berusia 56 tahun ini.
Berjualan dengan gerobak di tepi jalan, perlahan-lahan Ucok memiliki banyak pelanggan. Permintaan pelanggan terus bertambah. Dari situlah, usahanya mulai berkembang.
Berkat ketekunan dan ketelatenannya mengumpulkan pundi-pundi uang hasil jualan, ia kemudian membeli bangunan di Jalan Wahid Hasyim untuk dijadikan kedai berukuran kecil. “Tidak cukup untuk menampung kendaraan pelanggan seperti sekarang. Tempat makannya juga terbatas,” tuturnya.
Ucok pun mulai melirik lokasi yang lebih besar tepat di seberang jalan tempatnya berjualan. “Syukur alhamdulillah, tempat ini bisa saya beli. Bisa menampung banyak pengunjung yang mau makan di tempat,” katanya.
Saat ini kedai Ucok Durian bisa dibilang sangat layak. Dengan luasan sekitar 20x18 meter, pengunjung bisa menikmati lezatnya durian dengan nyaman meski sedang ramai pengunjung.