Tahun lalu Uber Dunia Rugi Rp. 37,11 Triliun
Uber Technologies Inc baru-baru ini merilis laporan keuangan yang tidak menggembirakan untuk tahun buku 2016. Meski berhasil meraup pendapatan US$6,5 miliar setara Rp86,15 triliun dari kegiatan bisnisnya di berbagai negara, namun perusahaan teknologi asal Amerika Serikat tidak mampu menutupi kerugian US$2,8 miliar atau sekitar Rp37,11 triliun yang dideritanya pada tahun lalu.
General Manager Uber untuk Amerika Serikat dan dan Kanada Rachel Holt membenarkan angka defisit yang diderita perusahaannya di tahun lalu. Namun, ia mengklaim ke depannya pertumbuhan pendapatan yang tinggi akan mampu menutupi kerugian yang dialaminya.
"Kami sangat beruntung mempunyai bisnis yang sehat dan terus tumbuh, memberikan kami cukup ruang untuk melakukan perubahan yang kami butuhkan baik di sisi manajemen, akuntabilitas, kebudayaan, organisasi dan hubungan kami dengan para driver,” ujarnya, dikutip dari CNN.com Minggu (16/4).
Ia menyebutkan, dari angka kerugian tersebut belum menghitung berkurangnya pendapatan dari China, setelah manajemen Uber memutuskan untuk menjual bisnisnya ke perusahaan transportasi berbasis teknologi lokal yang menjadi pesaingnya Didi Chuxing pada Agustus 2016 silam.
Langkah Uber mempublikasikan laporan keuangan terbilang mengangetkan. Karena sebagai perusahaan non publik, tidak ada kewajiban bagi manajemen untuk mempublikasikan laporan keuangannya. Namun para pengamat menilai aksi buka-bukaan kinerja keuangan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan para investor, karyawan atau pun pihak terkait lain. (don)