Ubaya Rancang Dekontaminasi APD untuk Permudah Nakes Lepas Hazmat
Universitas Surabaya (Ubaya) rancang perangkat dekontaminasi alat pelindung diri (APD). Pembuatan perangkat dekontaminasi APD atau disebut "Pakde Alpri" merupakan wujud nyata Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Ubaya dalam membantu tenaga medis sebagai garda terdepan.
Perangkat dekontaminasi APD merupakan rancangan dari tim PPM yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Ubaya. Tim PPM yang terlibat dalam aksi nyata Ubaya For Indonesia yaitu Herman Susanto, S.T., M.Sc., Dr. Krisyanti Budipramana, S.Farm., M.Farm., Apt., Dr. Marisca Evalina Gondokesumo, S.H., M.H., S.Farm., M.Farm-Klin., Apt., Sunardi Tjandra, S.T., M.T., Vincent Kresna Aditama, Arif Sugiarto, Harda Grahita, Ivan Sunyoto, Samuel Eluzai Yedija, dan Xaverio Anggara Nugroho.
Herman Susanto selaku Ketua Tim PPM Ubaya menjelaskan, perangkat dekontaminasi APD yang dibuat terdiri dari bilik disinfektan (disinfectant chamber) dan lemari UV (Ultra Violet). Menurutnya perangkat dekontaminasi APD buatan tim PPM Ubaya memiliki beberapa keunggulan, khususnya dalam membantu tenaga medis dalam proses sterilisasi dan melepas APD secara mandiri.
Perancangan dekontaminasi APD telah dipersiapkan selama empat bulan sejak Juni hingga Oktober. Pada awalnya ide pembuatan berasal dari kebutuhan baju hazmat yang masih mengalami kelangkaan di beberapa wilayah. Akhirnya tim PPM Ubaya merancang lemari UV yang berguna untuk mensterilkan baju hazmat agar fungsinya tidak hanya sekali pakai.
“Seiring berjalannya waktu kami berkomunikasi dengan pihak rumah sakit. Ternyata ada masalah baru yang ditemukan yaitu sulitnya melepas APD. Kemudian kami membuat juga bilik disinfektan agar tenaga medis bisa melepas APD secara mandiri, tidak lagi dibantu orang lain dan tentunya aman dari virus,” jelasnya.
Cara kerja perangkat dekontaminasi APD dirancang agar lebih efisien dan praktis untuk digunakan tenaga medis.
"Langkah pertama, tenaga medis masuk ke dalam bilik disinfektan dengan menggunakan APD dan berdiri di tengah. Kemudian tunggu hingga kabut disinfektan keluar," terangnya.
Lanjutnya, kabut disinfektan akan disemprotkan selama satu menit dan tenaga medis berputar 1-2 kali dengan posisi lengan terangkat. Setelah penyemprotan selesai, tenaga medis akan keluar dari bilik.
Selanjutnya, tenaga medis dapat melepas baju hazmat atau APD secara mandiri. Semua APD akan dicuci dengan fasilitas yang sudah tersedia di rumah sakit kemudian dikeringkan dan menggantungnya pada rak yang telah disediakan.
"Langkah berikutnya, semua APD yang telah dicuci akan dimasukkan ke dalam lemari UV untuk proses sterilisasi dengan penyinaran menggunakan sinar UVC selama 30 menit," imbuhnya.
Herman menjelaskan, proses sterilisasi berfungsi untuk menghilangkan semua jenis organisme hidup atau mikroorganisme seperti bakteri atau virus.
Ada 2 tombol pada lemari UV yaitu tombol on berwarna hijau dan tombol off berwarna merah. Jika indikator lampu menyala berwarna hijau maka proses sterilisasi sedang berjalan. Setelah selesai APD disimpan di ruang penyimpanan dan bisa digunakan kembali oleh tenaga medis untuk bertugas.
“Semoga melalui pengabdian masyarakat ini kami dapat menginspirasi banyak orang untuk saling peduli satu sama lain sekaligus membantu selama masa pandemi," harapnya.
Herman dan timnya juga berharap alat yang kami buat bisa terus dikembangkan, tidak hanya difungsikan saat Covid-19 saja tetapi dapat digunakan seterusnya untuk sterilisasi APD di rumah sakit.
Alat ini diserahkan Ubaya ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar, Jawa Timur. Penyerahan dekontaminasi APD diberikan secara langsung oleh Ir. Benny Lianto, MMBAT selaku Rektor Ubaya, pada Senin, 30 November 2020.