Ubaya Latih P3K Bagi Pemandu Pendaki Gunung
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Ubaya menggelar pelatihan ketrampilan penanganan kecelakaan di gunung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan yang berujung kematian para pendaki gunung.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Ubaya Prof Joniarto Parung mengatakan, pelatihan ketrampilan penanganan kecelakaan pendaki gunung ini dilakukan karena kegiatan pendakian selama satu dekade terakhir sangat diminati masyarakat.
"Dalam satu dekade terakhir masyarakat sudah mulai suka dengan olahraga mendaki gunung. Salah satu gunung yang paling favorit adalah Gunung Penanggungan," katanya.
Data dari Koperasi Masyarakat Desa Hutan (KMDH) “Watu Kelir“ desa Tamiajeng, Trawas, Mojokerto, jumlah pendaki gunung Penanggungan dalam satu tahun terakhir mencapai 5.000 orang/bulan. Kecelakaan yang sering ditemui adalah hipotermia, terkilir, patah, kedinginan, kekurangan oksigen, bahkan keracunan.
"Memerhatikan informasi dan data kecelakaan, maka penanganan segera kepada para korban menjadi prioritas yang harus dilakukan oleh orang terdekat yang ada di sekitar korban. Permasalahannya adalah orang terdekat korban kecelakaan gunung belum tentu memiliki keterampilan untuk menangani kecelakaan," katanya.
Lanjutnya, para pemandu gunung sering kali menjadi orang terdekat korban. Pada umumnya pemandu wisata gunung adalah masyarakat yang terbiasa naik gunung tetapi belum dibekali dengan keterampilan melakukan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan dengan tepat.
"Para pemandu wisata gunung di gunung Penanggungan sebagian bergabung di dalam wadah KMDH Watu Kelir yang menjadi mitra Ubaya," katanya.
Kata Joniarto, untuk mengurangi risiko fatal apabila terjadi kecelakaan di atas gunung, maka para pemandu perlu dibekali dengan keterampilan penanganan P3K mengingat gunung jauh dari pusat kesehatan dan jauh dari jalan raya.
"PKM yang dibiayai Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbud ini fokus untuk meningkatkan skill para pemandu gunung untuk menangani kecelakaan di gunung," katanya.
Pelatihan dengan VR dipilih karena lebih efisien, memungkinkan simulasi kondisi berbahaya di atas gunung tanpa risiko bagi peserta pelatihan dan dapat diakses kapan saja.
"Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan prosedur yang diawali dengan identifikasi kebutuhan keterampilan P3K yang dibutuhkan, Video simulasi kecelakaan di atas gunung, pembuatan VR berdasarkan manipulasi video," katanya.
Aplikasi VR ini dimasukkan ke dalam Oculus sebagai materi pelatihan. Luaran dari PKM ini adalah peningkatan keterampilan pemandu wisata gunung dalam P3K yang diharapkan mampu memitigasi risiko fatal bagi pendaki yang mengalami kecelakaan.
Pelatihan dan evaluasi membuktikan pelatihan dengan VR efektif untuk meningkatkan kompetensi penanganan kecelakaan, memberi solusi berkelanjutan untuk pelatihan yang berulang bagi pemandu yang dengan keterbatasan waktu.
Advertisement