Ubaya Berhasil Buat Teh dan Kukis dari Daun Jati Kaya Antioksidan
Ditangan dosen dan mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) daun jati bisa diubah menjadi kukis dan teh antioksidan dan antiinflamasi (antiradang). Dalam inovasi ini Ubaya berkolaborasi dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS).
Pembuatan inovasi ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Berbasis Wilayah (PBW) berupa Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) Desa Herbal Kebontunggul, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.
Program ini mendapatkan dukungan pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Ketua tim, apt. Tjie Kok, Ph.D mengatakan, pohon jati banyak ditemukan di Jawa Timur dengan luas sekitar 130 hektar. Tetapi, adanya daun jati yang melimpah ini tak dibarengi pemanfaatan yang seimbang.
"Selama ini hanya digunakan untuk bungkus makanan, bahkan sebagian besar sisanya dibiarkan kering dan rontok ke tanah, sehingga terkontaminasi oleh mikroorganisme di tanah," kata Tjie Kok.
Padahal menurut literatur, daun jati mengandung senyawa antioksidan dan antiinflamasi (antiradang). Oleh karena itu, pihaknya berinisiatif membuat produk pangan bermanfaat kesehatan yang memiliki nilai komersial.
Produk pangan dari daun jati ini memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi (antiradang) karena kandungan senyawa berupa senyawa fenolik, flavonoid, tanin, terpenoid, dan alkaloid yang terdapat di dalamnya.
Oleh karena itu, mengonsumsi teh dan kukis ini bermanfaat untuk pencegahan terhadap timbulnya penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit kronis lain.
Cara pembuatan teh dan kukis dari daun jati pertama adalah memilah daun jati, untuk diambil daun yang berusia muda dan berwarna hijau segar.
Lalu, daun tersebut diangin-keringkan memakai kipas angin, lalu dipotong-potong dan dipisahkan dengan tulang daun dan dirajang kecil kemudian dimasukkan ke dalam food dehydrator (cabinet dryer) hingga kering.
"Selanjutnya rajangan kecil daun kering diserbukkan dengan mesin penepung herbal (herb grinder)," paparnya.
Bubuk daun jati ini siap diolah menjadi produk olahan misalnya dengan cara direbus dan disaring untuk produk olahan teh botol. Bisa juga dikemas dalam kemasan kantung teh celup. Selain itu, bubuk daun jati bisa dicampurkan ke dalam adonan untuk produk olahan kukis.
Lebih lanjut, Tjie Kok menyebut pengolahan menjadi teh dan kukis merupakan tahap awal dari inovasi pemanfaatan daun jati.
“Pada tahap selanjutnya tentu dapat dikembangkan produk olahan lainnya yang berbasis daun jati, antara lain produk aneka kue, sabun antiseptik (karena aktivitas antibakteri dari senyawa yang terkandung di dalamnya), dan produk olahan komersial lain," tambahnya.
Ia berharap, hilirisasi produk olahan daun jati yang dapat memberikan manfaat kesehatan bagi warga desa Kebontunggul, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan warga desa dan pendapatan asli desa Kebontunggul.