Mahasiswa Kedokteran Ubaya Bekali Keahlian Screening TB
Universitas Surabaya (Ubaya) membekali mahasiswa Fakultas Kedokteran kemampuan screening Tuberculosis (TB) melalui pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) pada Sputum (dahak).
Pembekalan ini diselenggararakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Ubaya, Kamis, 21 Februari 2019.
Dosen Mikrobiologi Ubaya, Risma Ekawaty mengatakan pembekalan ini sangat penting bagi calon-calon dokter. Kelak nanti dalam bertugas bisa melakukan pemeriksaan secara mandiri.
"Praktek ini wajib agar nanti dalam bertugas bisa melakukan pemeriksaan ini secara mandiri. Karena di Indonesia ini banyak yang terinfeksi TB. Tetapi baru diketahui sedikit," katanya.
Risma menambahkan, yang paling penting diketahui mahasiswa prinsip dalam melakukan pemeriksaan. Termasuk, dalam hal memilih dahak yang layak diperiksa.
"Dahak yang layak itu dahak kental yang keluar saat batuk pada pagi hari ini. Bukan saliva (air liur) ataupun dahak bercampur darah," kata Risma yang juga Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Ubaya.
Kata Risma, biasanya pemeriksaan TB ini dilakukan pada orang yang sudah dua minggu lebih mengalami batuk disertai panas dengan suhu 38 derajat celcius.
Agar mendapatkan hasil yang 90 persen akurat, langkah-langkahnya harus benar. Setelah mendapatkan sample, kemudian dahak akan dioleskan pada objek kaca untuk melakukan tahap pewarnaan menggunakan Methylen Blue 0,3 persen, Carbol Fuchsin 0,3 persen dan asam alkohol untuk membunuh sel di sekitar bakterinya.
Langkah berikutnya, mengidentifikasi spesimen sputum yang berkualitas. Dari tahap ini mahasiswa akan berlatih membuat dan membaca hasil sediaan apus dari dahak.
"Saat mengoleskan dahak ke objek kaca ini harus berhati. Jika sudah kering tidak boleh disentuh lagi sebab bakteri TB yang ada di dahak bisa menyebar melalui udara. Karena pada suhu 37 derajat celcius bakteri TB bisa bertahan hidup kurang lebih satu minggu," kata Risma.
Salah satu mahasiswa yang mengikuti praktikum ini, Elva Dacosta mengungkapkan kesulitan praktikum ini terletak pada mengambilan sampel dahak.
"Ambil contoh dahak yang paling sulit, karena tidak semua orang batuk bisa mengeluarkan dahaknya. Kemudian, setelah dahak keluar harus memilah dengan saliva," katanya saat ditemui usai praktikum. (pts)
Advertisement