UB Perkuat Kolaborasi dengan Universitas Charles Praha
Memperkuat kolaborasi akademik dengan Charles University of Prague (CU), Ceko; delegasi Universitas Brawijaya (UB) Malang selama beberapa hari melakukan kunjungan ke negara itu.
Kunjungan kali ini diikuti Prof Ifar Subagiyo, Ketua Kantor Urusan Internasional, Prof Aulanni'am, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Dr. Sri Andarini, Dekan Fakultas Kedokteran (FK), Dr Setyo Yudo Tyasmoro, Wakil Direktur Inkubasi Bisnis serta dua staf ahli rektor, Dr Faishal Aminuddin dan Dr Romy Hermawan.
Selama ini, khususnya pada tahun 2013 dan 2015 beberapa peneliti dari UB yakni dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas MIPA telah menjalin kerjasama dengan Fakultas Farmasi di CU.
"Setelah melakukan evaluasi internal, UB melihat potensi kerjasama yang lebih besar perlu segera direalisasikan. Jika sebelumnya hanya terbatas pada pertukaran informasi, maka kedepan ruang kerjasama riset dan pengajaran akan dibuka," kata Ifar Subagiyo dalam keterangan tertulis yang diterima ngopibareng.id, Rabu 5 Desember 2018.
Sementara itu, dalam kesempatan ini delegasi UB diterima oleh Wakil Rektor bidang Akademik, Prof Radka Wildova; Direktur Kerjasama CU; Dekan Fakultas Farmasi, Prof Petr Solich dan Perwakilan dari Fakultas Seni, Dr Tomas Petru.
"Pertemuan digelar di Rektorat CU di Ovocny Trh 3, Praha pada selasa, 4 Desember 2018, kemarin. Dalam pertemuan yang berlangsung akrab tersebut, Prof Wildova menjelaskan profil lembaga dan pencapaian dari CU," kata dia.
Sekadar diketahui, CU merupakan universitas tertua di Eropa Tengah yang didirikan pada tahun 1348. Saat ini memiliki 17 fakultas yang berlokasi di Praha, Hradec Kralove dan Pilsen.
CU adalah salah satu universitas yang menjadi partner kunci dari League European Research University (LERU) di Eropa Tengah dan Timur. CU juga merupakan founding member dari 4EU Alliance yakni aliansi universitas eropa untuk kerjasama prestisius dalam bidang pengajaran dan riset terutama fisika, kimia, matematika dan biologi.
Aliansi ini memungkinkan anggota-anggotanya mempunyai standar akademik yang sama. Organisasi ini terdiri atas Universitas Heidelberg Jerman, Universitas Sorbonne Perancis dan Universitas Warsawa Polandia.
Sementara itu, Membidik kerjasama strategis dengan kampus-kampus bereputasi dunia merupakan agenda priorias UB. "Selain bertujuan untuk memacu produktivitas hasil-hasil riset yang bermutu juga memberikan kontribusi terhadap kemajuan sistem pengajaran," ujar Ifar Subagiyo.
Ifar Subagiyo menjelaskan bahwa kerjasama internasional UB kedepan akan difokuskan pada beberapa bidang riset strategis dengan kemitraan yang kuat dengan lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai profil tinggi.
Bagi CU, sebagaimana disampaikan oleh Radka Wildova, terdapat kebutuhan untuk membangun jaringan kemitraan yang sama dengan universitas di Asia Tenggara.
Meski proses kerjasama jangka panjang antar universitas harus terlebih dulu berangkat dari kerjasama antar peneliti, antar fakultas dan setelah kerjasama bisa berjalan, tingkat kerjasama antar universitas bisa ditetapkan.
Konsekuensi dari kerjasama antar universitas akan diikuti dengan berbagai program dari berbagai aspek pengajaran, riset, publikasi dan sebagainya. Ini membutuhkan waktu, biaya, tenaga dan terutama ketahanan komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan umum bersama.
Tiga Pilar Kerjasama
Sementara itu Staf Ahli Rektor UB, Faishal Aminuddin,yang ikut dalam pertemuan ini mengatakan, dalam memperkuat kolaborasi yang sudah ada, UB dan CU mengidentifikasi setidaknya tiga wilayah kerjasama yakni dalam bidang kedokteran dengan fokus racun dan obat-obatan dalam penyakit kardiovaskuler, bedah eksperimental dan biomedis.
Dalam bidang sains akan fokus pada riset bahan kimia dasar sedangkan dalam bidang sosial politik riset tentang perbandingan demokrasi dan kebijakan.
Sri Andarini selaku Dekan FK UB menyampaikan bahwa UB siap dengan peneliti-peneliti muda yang bisa diandalkan untuk riset kolaboratif yang melibatkan para doktor dari bidang keilmuaan dari kedokteran masyarakat sampai farmasi.
Sementara sebagaimana dituturkan oleh Prof Aulanni'am yang juga Dekan FKH UB, kerjasama akan dilakukan dalam pengembangan bahan-bahan kimia dan organik untuk pembuatan obat hipertensi.
Selain riset untuk penyakit hewan dinegara tropis. Dalam bidang ilmu sosial politik, Dr Tomas Petru yang juga profesor dalam studi Asia Selatan dan Timur Jauh menyampaikan bahwa antusiasme studi tentang Indonesia di Ceko masih tinggi sehingga kerjasama yang lebih erat sangat dibutuhkan dalam rangka pertukaran akademik antar universitas.
Prof Solich menambahkan bahwa pihaknya siap untuk menerima mahasiswa doktoral baru yang akan dilibatkan secara langsung dalam riset-riset kolaboratif.
Pertemuan antara delegasi UB dan CU menghasilkan dua hal penting yang akan segera dikerjakan dalam tahun-tahun mendatang.
Pertama, penguatan kerjasama yang sudah ada antara FK dan FMIPA UB dengan Fakultas Farmasi CU. Kedepan, ditambah lagi dengan keterlibatan FKH dan Fakultas Kedokteran CU.
Program pengiriman mahasiswa doktoral akan memanfaatkan biaya dari program Erasmus atau LPDP sedangkan pembiayaan riset akan menjadi beban bersama antara masing-masing universitas.
Namun jika memungkinkan akan mengakses dana dari kerjasama Uni Eropa dan lembaga lainnya. Kedua, joint program yang menjadi program baru. FISIP UB akan membuka program magister politik dan riset kebijakan dimana mahasiswa yang selesai menempuh matakuliah di UB akan mengikuti mentorship selama 3 bulan di Fakultas Ilmu Politik CU.
Program ini akan diikuti oleh Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB dengan program 3 in 1 yakni mengundang ahli dari CU untuk menjadi visiting profesor dan mengajar beberapa kredit matakuliah di UB.
Dari Jurusan Asia Selatan dan Timur Jauh CU akan mengirimkan mahasiswa sarjana untuk mengikuti kursus-kursus singkat di UB mengenai budaya dan bahasa. (man)