UB Kembangkan Penelitian Alat Penganalisa Gejala Alam
Grup Riset Geoinformatika, Fakultas Ilmu Komputer, (Filkom) Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan penelitian di bidang tangible Geographic Information System (GIS). Yaitu GIS yang dilengkapi dengan model miniatur tiga dimensi.
GIS sendiri merupakan suatu alat bantu untuk menganalisa data dalam mengkaji berbagai gejala alam dan kehidupan di muka bumi dari sudut pandang keruangan dan kewilayahan (geografis).
Ketua Grup Riset Geoinformatika, Fatwa Ramdani mengatakan GIS memiliki banyak manfaat antara lain untuk mengetahui persebaran sumber daya alam, pengawasan daerah bencana alam, hingga melakukan prediksi kondisi geografis di masa mendatang.
"Namun untuk bisa memahami hasil analisa data GIS dibutuhkan software dan pelatihan khusus yang tidak mudah dipahami orang awam," katanya, Senin 17 September 2018.
Berangkat dari situ, Grup Riset Geoinformatika mengembangkan penelitian tangible GIS yang dilengkapi dengan model miniatur tiga dimensi. Sehingga pengguna dapat berinteraksi langsung dengan model saat melakukan simulasi.
"Dengan adanya model yang dapat dilihat dan disentuh langsung akan lebih memudahkan pengguna dalam memahami hasil data GIS," tuturnya.
Selain itu, kelebihan tangible GIS ini bisa memberikan solusi lebih cepat. Pengguna cukup memberikan perlakuan pada model, maka perubahan pada model akan langsung ditangkap sensor dan dianalisa oleh software.
Kemudian prediksi fenomena yang akan terjadi akibat perlakuan tersebut langsung akan terproyeksikan pada model. Contohnya jika pada model terdapat aliran sungai kemudian dilakukan pembendungan, maka akan langsung terlihat prediksi perubahan arah aliran sungai usai pembendungan.
"Model itu begitu kita berikan perlakuan secara realtime diproyeksikan ditangkap oleh sensor yang dipasang, dikirim ke laptop atau PC yang algoritmanya langsung jalan dikembalikan diproyeksikan. Langsung berubah. Sehingga solusinya langsung terjawab," jelasnya.
Fatwa menjelaskan bahwa pada tangible GIS buatannya, model 3D dibuat dari pasir kinetik kemudian dihubungkan dengan kinect dan perangkat komputer yang sudah terinstal software khusus.
"Pembentukan model sebagai representasi suatu wilayah tidak dibuat asal. Model harus dibuat sesuai dengan kondisi aslinya," ujarnya.
Caranya dengan menggunakan data satelit lokasi yang sesungguhnya sebagai dasar pembuatan model dan menerapkan algoritme difference analytic, untuk menghitung kemiripan antara data sesungguhnya dan model. Akurasi dari hasil penggunaan tangible GIS ini mencapai 80 persen.
Hingga kini tangible GIS ini telah dimanfaatkan grup riset Geoinformatika untuk melakukan dua penelitian. Yakni penelitian hidrologi di daerah Malang Selatan dan kebakaran di Tahura Gunung Arjuna.
"Sejauh ini grup riset Geoinformatika mengambil data satelit dari JAXA. Kemudian penyesuaian obyek asli dengan model juga dilakukan verifikasi dengan datang langsung ke wilayah yang sedang diteliti," ungkapnya.
Sebagai informasi, penelitian Tangible GIS ini merupakan bagian dari konsorsium research dunia yang berpusat di University of North Carolina (UNC), Amerika Serikat. Grup riset Geoinformatika Filkom UB telah melakukan komunikasi dengan community di UNC dan kini telah resmi tergabung sebagai bagian dari konsorsium tersebut.
"Kita boleh berbangga karena yang tergabung dalam konsorsium dunia untuk research tangible GIS dari wilayah Asia Pasifik hanya kita. Jadi tidak semua punya di Asia Pasifik, termasuk Jepang dan Australia juga belum ada," pungkasnya.