Uang Saku Minim, Dua Atlet Angkat Besi Jatim Mundur Jelang PON
Minimnya anggaran yang dimiliki Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur benar-benar berdampak besar pada persiapan Puslatda menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara. Hal itu membuat KONI harus melakukan penyesuaian anggaran Puslatda termasuk menyangkut uang saku atlet.
Kondisi tersebut membuat dua atlet angkat besi Jawa Timur, Muh Reynaldi Saenal dan Sofyan Listianto, mengundurkan diri dari Puslatda Jatim 100/V proyeksi PON Aceh-Sumut. Keputusan tersebut mereka pilih karena uang saku yang diterima sangat minim.
Ketua Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Jawa Timur, Jeffry Tagore mencontohkan, Reynaldi yang meraih emas di PON 2012 Riau, PON 2016 Jawa Barat dan perunggu di PON 2021 Papua sebelumnya mendapat honor sekitar Rp7 juta per bulan, kini hanya mendapat Rp950 ribu per bulan.
"Dia mundur karena uang saku turun drastis, yang awalnya Rp7 juta jadi Rp1 juta masih dipotong pajak tinggal Rp950 ribu. Dia merasa tidak cukup, apalagi punya anak dua dengan uang saku sedemikian rendahnya, sehingga dia ingin cari jalan lain," ungkap Jeffry, Senin 8 Mei 2023.
Hal senada juga diikuti Sofyan Listianto yang menganggap uang saku yang diterimanya saat ini tidak bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Karena itu, ia harus berjualan tempe di terminal.
"Dia alasan ingin dekat keluarga, tapi jelas uang saku gak cukup. Dia punya anak, istri. Dia harus banting setir bekerja, sementara ini dia bantu kakaknya jualan tempe di terminal," kata pria berkacamata itu.
Sebelum mengundurkan diri, ia mengaku telah menawarkan kepada dua atlet untuk bisa menetap dan berjuang sampai Pra PON dengan memberikan tambahan. Namun keduanya merasa uang tambahan belum bisa untuk menutupi kebutuhan, sehingga memilih mundur.
Jeffry tak menampik jika angkat besi ini merupakan cabor yang membutuhkan protein tinggi. Begitu juga suplemen untuk menunjang kemampuan serta beban latihan. Dengan uang saku yang minim, tentu hal itu tak terpenuhi.
Turunkan Target Medali
Ia pun mengaku cukup kecewa dengan situasi ini. Sebab, dua atlet tersebut adalah atlet potensial yang bisa meraih emas di PON 2024 mendatang. Karena dengan mundurnya dua atlet ini, PABSI Jatim menurunkan target dari awalnya bisa lima emas kini hanya tiga atau bahkan dua saja.
"Sayang, karena atlet ini sudah dua kali saya bawa latihan di Korea. Ilmunya sudah tinggi, begitu juga pengalamannya. Jadi sayang kalau tiba-tiba berhenti. Kami tentu sangat kecewa, target 5-6 emas kami turunkan karena kami harus realistis dengan skuat yang ada," ujarnya.
Dengan anggaran minim, ia mengaku harus melakukan pelonggaran latihan Puslatda. Di mana, atlet diperbolehkan untuk berlatih di rumah masing-masing dengan harapan bisa mengurangi beban pengeluaran atlet.
Bahkan, saat ini tidak ada peralatan baru, tidak ada ekstra suplemen dan tidak ada try out untuk mengasah mental atlet. "Kami harap 2024 anggarannya bisa lebih, sehingga apa yang kami butuhkan ini terwujud dan bisa mendapat hasil maksimal di PON," pungkasnya.
Sementara itu, Kabid Binpres KONI Jatim, Dudi Harjantoro mengaku terpaksa melakukan penyesuaian anggaran. Sebab, anggaran yang ada sebesar Rp55 Miliar tidak cukup memenuhi kebutuhan seluruh cabang olahraga.
Dengan kondisi itu, pihaknya tidak bisa memaksa keputusan para atlet yang memilih mengundurkan diri. "Kalau kondisi seperti ini kami tidak bisa memaksa, sebab ini kan urusan keberlangsungan hidup atlet, mereka juga harus menghidupi anak dan istrinya," sebutnya.
Namun, ia berharap kondisi ini tidak memengaruhi atlet lain dan tetap semangat untuk menunjukkan prestasi terbaik.
Advertisement