Uang Rp 60 Miliar Dibakar, Kenapa?
Perwakilan Bank Indonesia (BI) Maluku Utara (Malut) mencatat, dalam sebulan telah melakukan pemusnahan uang lusuh dan tidak layak edar sekitar Rp50 miliar hingga Rp60 Miliar.
"Artinya, dengan pertumbuhan ekonomi di Malut yang cukup baik membuat uang yang beredar di masyarakat baik pula, sehingga transaksi masyarakat menggunakan uang rupiah yang lancar dan uang yang menjadi lusuh dan tidak layak edar juga cukup banyak," kata Kepala Perwakilan BI Malut, Dwi Tugas Waluyanto di Ternate, Senin.
Untuk itu, pada beberapa minggu dalam bulan Agustus kemarin Perwakilan Bank Indonesia selalu memusnahkan uang yang tidak layak edar dan diganti dengan uang baru, agar masyarakat mendapatkan uang yang lebih layak edar
Dia mengatakan, pada Agustus kemarin pihaknya memusnahkan uang sebesar Rp50 miliar hingga Rp60 miliar per bulan dan hal ini dilakukan karena uang lusuh yang beredar di masyarakat cukup banyak, sehingga disortir kemudian diserahkan di BI Malut untuk dimusnahkan.
Menurut dia, pemusnahan ini dilakukan jika uang yang disetor oleh perbankan yang merupakan nasabah dari BI telah mencukupi, maka akan dimusnahkan.
"Uang lusuh yang kami terima, merupakan uang dari masyarakat yang disimpan dan ditabung di bank konvensional, dari situ pihak perbankan akan menyortir yang layak dan tidak layak, dan diserahkan ke kami untuk dimusnahkan, namun setibanya di BI, kami sortir kembali untuk menguji kelayakannya baru akan dimusnahkan," kata Dwi.
Dwi menambahkan, pada bulan lalu telah memusnahkan sebanyak Rp 50 miliar, bahkan sudah hampir beberapa pekan pada Agustus kemarin juga pihaknya memusnahkan di angka yang sama. Jadi setiap bulan rata-rata hampir sebanyak Rp50 miliar.
Selain itu, setelah dilakukan pemusnahan, BI pusat akan mengirim kembali uang dengan besaran jumlah yang sama untuk mengganti uang yang sebelumnya dimusnahkan.
"Jika sudah dimusnahkan, kami akan melakukan permintaan kembali di BI pusat sesuai dengan besarannya untuk mengganti uang yang dimusnahkan, sehingga jika telah tiba maka langsung didistribusikan ke masyarakat, dengan begitu, uang yang beredar dimasyarakat tetap stabil dan ekonomi Malut juga akan tetap terjaga," ujarnya.
Pihaknya berharap agar masyarakat dapat menggunakan uang rupiah dengan baik, khususnya uang rupiah berjenis kertas. Karena sangat mudah lusuh dan juga cepat rusak, berbeda dengan uang logam yang cukup lama mengalami kerusakan.
"Saya berharap masyarakat lebih pintar menggunakan uang rupiah jenis kertas, karena cepat mengalami kerusakan. Untuk itu, saya berharap agar uang kertas jangan dilipat," katanya. (ant)