Twitter dan MU Akan Bahas Soal Pelecehan Rasial
Twitter akan mengadakan pertemuan dengan Manchester United, Minggu depan setelah pelecehan rasial Paul Pogba di platform media sosial tersebut.
Begitu juga jaringan web yang juga berencana mengadakan serangkaian pertemuan dengan kelompok anti-rasisme Kick It Out dan PFA untuk membahas upaya melaporkan akun tertentu ke aparat hukum jika terbukti telah melakukan pelecehan rasial atau pelanggaran lain.
Para pemain Manchester United melakukan aksi dukungan untuk Pogba usai Manchester United ditahan Wolves 1-1. Bek tengah Harry Maguire, kiper David de Gea, striker Marcus Rashford pun berada di garis terdepan ketika rekan setimnya itu diserang oleh para pelaku pelecehan rasial melalui media sosial.
Diketahui, Pogba dilecehkan oleh sejumlah oknum pendukung Wolves setelah dia gagal mengeksekusi penalti.
Saat ini, pelecehan rasial sedang marak di sepak bola Inggris. Pasalnya, selain gelandang asal Prancis itu, striker Chelsea, Tammy Abraham dan striker Reading Yakou Meite juga menjadi sasaran dalam sepekan terakhir.
Twitter sendiri mengungkapkan, bahwa mereka telah meningkatkan pengawasan terhadap semua akun di dalam platformnya, dan telah menangguhkan seabrek akun yang ditengarai melakukan pelecehan dalam waktu 24 jam setelah menerima laporan tersebut.
Twitter mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Selama beberapa minggu ke depan, perwakilan Twitter akan bertemu dengan Manchester United, Kick It Out dan pemangku kepentingan masyarakat sipil lainnya yang tertarik mendengar tentang pekerjaan proaktif yang dilakukan Twitter untuk mengatasi penyalahgunaan rasis secara online terhadap pemain sepak bola tertentu di Inggris,” ujar juru bicara Twitter seperti dikutip dari Express.
“Kami selalu menjaga dialog yang terbuka dan sehat dengan mitra kami, tetapi kami tahu kami perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi pengguna kami. Perilaku rasis tidak memiliki tempat di platform kami dan kami sangat mengutuknya.”
“Kami berharap dapat bekerja lebih dekat dengan mitra kami untuk mengembangkan solusi bersama untuk masalah ini. Sementara itu, kami akan terus memantau percakapan secara proaktif, dan mengambil tindakan penegakan agresif ketika konten melanggar aturan kami," tambahnya.
Jejaring sosial secara permanen menangguhkan serangkaian akun dan 'terus memantau situasi secara proaktif..
"Aturan Twitter sangat melarang pengguna mengunggah kekerasan terhadap sesuatu, mengancam atau melecehkan orang berdasarkan ras, etnis atau kelompok yang dilindungi lainnya,” kata juru bicara Twitter.
"Kemajuan dalam ruang ini sulit, tetapi kami tetap berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan percakapan pada layanan, dan memprioritaskan keamanan pengguna kami," tegasnya.
Sejak 2018, Twitter mengklaim, mereka telah meningkatkan jumlah akun yang disanksi karena menyalahi aturan yang telah mereka tetapkan, totalnya sebesar 45 persen.
Sekitar 100.000 akun ditangguhkan karena membuat akun baru setelah penangguhan selama antara Januari dan Maret tahun ini.
Namun Twitter tidak akan mengungkapkan di mana banyak akun yang ditangguhkan, atau berapa banyak uang yang dimasukkan untuk meningkatkan pengawasan mereka terhadap penyalahgunaan rasial di situs mereka.
Maguire sendiri menyerukan jaringan media sosial agar memberlakukan verifikasi ketat terhadap semua akun dengan melampirkan SIM dan paspor untuk membantu mengidentifikasi pengguna yang melakukan pelecehan rasial di kemudian hari.
Ini bisa menjadi masukan bagi Twitter atau jejaring media sosial lainnya agar tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tak bertanggungjawab untuk melakukan pelanggaran demi pelanggaran pada aturan yang ada.