Tutup Muktamar NU, Wapres Minta NU Teladani Semangat Siti Maryam
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengingatkan ulama tentang tujuan kehadiran Nadhatul Ulama (NU) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bukan untuk mencari kekuasaan. Tetapi melakukan perbaikan-perbaikan umat. Pesan ini disampaikan Wapres saat memberikan sambutan tanpa teks di acara penutupan Muktamar NU ke-34 di Lampung, Jumat sore 24 Desember 2021.
“Saya sering mengingatkan bahwa langkah-langkah kita itu memang langkah perbaikan bukan untuk mencari kekuasaan, bukan mencari kemasyhuran,” kata KH Ma’ruf.
Kekuasaan dan kemuliaan oleh Ma'ruf dikatakan adalah kehendak Allah, Allah yang mengangkat seseorang sekaligus menghinakan seseorang.
Dia menegaskan bahwa kekuasaan adalah langkah yang diberi Allah SWT untuk membawa perbaikan kepada umat. Di mana ada banyak masalah keagamaan, sosial, ekonomi, budaya bahkan politik yang harus membawa kemaslahatan di dunia maupun di akhirat.
Wapres menegaskan bahwa Islam tidak hanya melihat maslahat dari sisi duniawi tetapi merupakan satu napas, satu periode antara fase dunia dan fase ukhrawi. “Ini yang harus dipersiapkan di dunia ini, inilah tanggung jawab kita,”tandasnya.
Maka dia setuju bila NU mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang mumpuni dan unggul. “Khatwahnya yang harus dibetulkan, langkah diperbaiki, menggiatkan langkah-langkah itu. Yang penting itu,” tandasnya.
Nadhatul Ulama kata dia tidak boleh diam, harus bergerak. Wapres lalu mengutip kisah Siti Maryam dalam Alquran yang lelah dituduh berzina, tidak ada kekuatan, kelaparan tak ada makanan.
“Lalu Siti Maryam berdoa ya Allah kami lemah mau makan tidak ada makanan. Oleh Tuhan dijawab Siti Maryam disuruh menggerakkan pohon kurma yang menjadi sandarannya. Tidak kuat, gerakan saja, tugasnya adalah bergerak menggerakkan, nanti hasilnya Allah yang akan tentukan,” tandas wapres.
Maka, wapres menilai bahwa Muktamar ke-34 yang berlangsung aman dan damai itu, adalah momentum untuk memperbaiki langkah-langkah, menggiatkan dan menghidupkan kembali semangat ke-NU-an seperti yang dimiliki NU di masa lalu.
Meski demikian, di awal sambutannya yang hampir setengah jam tanpa teks itu, Wapres menegaskan bahwa NU tetap harus siap ketika negara dan bangsa memanggil untuk melakukan gerak dalam sistem kenegaraan.
Sebab katanya, NU menempatkan cinta tanah air adalah bagian dari iman, pengabdian pada negara adalah bagian dari Iman. “Prinsip inilah membuat NU ada dalam sistem kebangsaan kenegaraan RI. Sampai kapan pun,”tandasnya.
Wapres juga mengingatkan agar NU mengingat kembali sikap terpuji yang diajarkan ulama, rendah hati, saling menyayangi, saling membantu, saling menolong. “Mukmin yang satu dengan yang lain, saling menyayangi seperti tubuh. Bila ada yang sakit, maka semuanya akan merasa sakit.”
Dalam Muktamar ke-34 ini KH Miftahul Akhyar terpilih sebagai Rois Aam dan KH Yahya Stakuf sebagai Ketua Umum PBNU masa khidmat 2021 - 2026.