Turki Segera Perketat Media Sosial, Ternyata Ini Penyebabnya
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, ternyata mengaku geram terhadap media sosial. Karena itu, dia berjanji bakal memperketat kontrol media sosial setelah mengaku keluarganya dihina.
Memang, Presiden Erdogan selama bertahun-tahun, bukan rahasia dikenal tidak suka dengan media sosial. Dia pernah membandingkannya dengan "pisau pembunuh", dan bersumpah bakal "menghapus" Twitter.
Menteri Keuangan Berat Albayrak, yang juga adalah menantu Erdogan, mengumumkan sang istri, Esra, melahirkan anak keempat mereka dalam kicauan Selasa 30 Juni 2020.
Presiden 66 tahun itu mengklaim, meski banyak pesan positif berisi ucapan selamat, terdapat juga pesan jahat yang menghina keluarga Albayrak, terutama Esra. Keluarganya dihina seperti itu, dia menyoroti "media yang tak terkontrol".
Sikap yang dikecam baik oleh partai politik maupun organisasi perempuan. "Anda tahu mengapa kami menentang media seperti YouTube, Twitter, dan Netflix? Untuk mengenyahkan perilaku tak bermoral seperti ini," kata dia di Ankara.
Erdogan menganggap bahwa media itu tidak cocok untuk Turki. Demikian pengakuannya dalam telekonfrensi di hadapan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), belum lama ini.
"Karena itu kita harus membawanya ke parlemen, untuk menghapus media sosial ini, seutuhnya, untuk mengontrol mereka," jelasnya.
Tak lama setelah komentarnya muncul, tagar "jangan sentuh media sosialku" menjadi trending di Twitter, dikutip Minggu 5 Juli 2020, seperti dilansir AFP.
Pemerintahan Erdogan sempat memblokir Twitter dan YouTube pada 2014, setelah sebuah rekaman muncul, di mana presiden dan lingkarannya diduga terjerat skandal korupsi.
Ketidaksukaannya terhadap dunia maya juga dipicu protes anti-pemerintah pada 2013, yang semuanya digalang oleh Facebook dan Twitter. Kemarahan mantan Wali Kota Istanbul tersebut muncul, setelah konferensi video dengan generasi muda pekan lalu di YouTube dipenuhi komentar negatif.
Kantor kepresidenan kemudian menutup kolom komentar. Namun, terdapat 388.000 klik di bagian "tidak suka", dibandingkan 114.000 di tombol "suka".
Kepolisian Nasional Turki kemudian menyatakan, sebanyak 11 orang ditahan atas "komentar menghina" terhadap keluarga Albayrak.
Sementara itu, kabar terbaru terkait Erdogan cukup menarik. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu buntut kepanikan saat lockdown virus corona diterapkan.
Soylu berada dalam kritikan tajam setelah kementeriannya mengumumkan karantina wilayah selama 48 jam pada Jumat malam waktu setempat pada 10 April 2020. Yang membuat pemberlakuan lockdown untuk mencegah virus corona itu menuai kepanikan karena diumumkan dua jam sebelum diberlakukan.
Deklarasi itu tak pelak membuat warga melakukan panic buying, dengan puluhan ribu di antaranya mengabaikan aturan social distancing. Jalanan di Istanbul dan Ankara dilaporkan terdapat antrian panjang masyarakat di depan toko minuman keras, bank, maupun toko bahan kebutuhan pokok.