Turing Surabaya-Solo, Maya dan Septi Latihan Bentang Jawa
Maya Anggraeny dan Septi Sutrisna sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti even ultra distance turing, Bentang Jawa 2022. Even ini akan diadakan pada 14 Agustus 2022. Peserta akan menempuh jarak 1.500 km dalam 6,5 hari.
“Jadi per harinya harus sekitar 250 km-275 km,” jelas Maya.
Tidak mudah mengikuti even ini. Tidak sembarangan cyclist boleh ikut. Calon peserta harus diseleksi panitia. Salah satunya dari melihat daily activity aplikasi Strava. “Dan harus pernah gowes 300 km,” tutur Maya. Setelah panitia memverifikasi barulah mereka lolos seleksi.
Di even Bentang Jawa itu, Maya mengambil kategori yang pairing dengan Aldian Chandra, cyclist asal Tulungagung.
Nah, akhir pekan lalu, Sabtu, 25 Juni, Maya dan Septi latihan turing. Dari Surabaya ke Solo. Dalam rangka latihan endurance. Jaraknya 270 km sekali jalan.
“Kami akan menginap di Solo dan besoknya, hari Minggu kembali ke Surabaya lagi. Jadi total 540 km dalam dua hari,” tutur Maya.
Septi adalah warga Madiun. Sehingga, Jumat malam, Septi berangkat ke Surabaya menggunakan bis. Lantas bertemu Maya di titik kumpul barulah berangkat gowes ke Solo.
Mereka tidak berdua saja. Beberapa kawan dari Surabaya juga ikut serta. Mereka hanya sekali jalan saja. Pulang ke Surabaya naik mobil. Akhirnya, terkumpul total 10 orang yang berangkat turing Surabaya ke Solo itu.
“Dari dulu sudah kepingin melakukan turing dengan sepeda. Kebetulan ada temannya yaitu Maya dan Septi. Akhirnya saya mau ikut. Saya ajak beberapa teman lain,” bilang Effendy Tjio.
Effendy mengajak Satrio, Alex, Roy Anthoni, dan Yudy Hananta. Tak hanya lelaki, lima dari peserta turing ini adalah perempuan. Selain Maya dan Septi, ada juga Rosa Handayani, Linda Tunggal, dan Melia Kwan.
Turing jauh ini relatif tanpa persiapan. Satrio dan Maya pernah melewati jalur ini ketika gowes ke Yogyakarta. Alhasil mereka menjadi pemandu jalan.
Berangkat dari kawasan Raya Darmo jam 5 pagi tepat. Mereka menargetkan harus finis rumah makan Adem Ayem Solo tepat di jam makan malam. Sekitar jam 6-7 malam.
Mengambil jalur selatan menuju Mojokerto. Lantas Mojoagung, Jombang, dan Kertosono. Kemudian setelah mencapai 120an km, mereka beristirahat di kafe Awor di Nganjuk.
Sepanjang perjalanan ini, aspal sangat mulus. Dan di paling kiri, ada jalur kecil yang seharusnya untuk motor. “Ternyata jalannya lebih mulus daripada arah ke timur pulau Jawa,” bilang Satrio.
Puas ngopi dan mengisi asupan makan. Turing dilanjutkan menuju Caruban. Melewati hujan jati dengan menu rolling. Matahari tepat berada di atas ubun-ubun, tetapi karena efek bulan Juni, angin dingin dari Australia berhembus hingga Indonesia.
“Dan bulan-bulan ini adalah jarak terjauh matahari dari bumi. Jadi tidak terlalu panas dan anginnya dingin,” tutur Rosa.
Setelah melewati hutan di kawasan Caruban, seluruh cyclist memasuki kota Ngawi tepat jam 14.00. Langsung mencari tempat makan siang.
Perjalanan sudah 180 km. Jadi tersisa 90 km lagi. Satrio dan Maya membagi menjadi dua kali drink stop di minimarket.
Tapi pada kenyataannya, drink stop diadakan lebih awal.
“Cuaca yang panas dan sudah Lelah membuat kami harus berkompromi dengan jadwal dan melakukan drink stop,” bilang Satrio.
Akhirnya, tanpa ada kendala sedikit pun, tepat jam 18.45 sore seluruh rombongan sampai di rumah makan Adem Ayem di jalan Slamet Riyadi, Solo. Mereka makan malam dan mandi di sana.
Kira-kira jam 9 malam seluruh rombongan kembali ke Surabaya menggunakan mobil. “Kami bertiga, saya, Septi, dan Rosa menginap untuk gowes balik ke Surabaya besok Minggu. Kami sangat berterima kasih pada teman-teman yang sudah mau menemani turing latihan kami ini,” bilang Maya.
Effendy mengaku sangat bangga bisa menyelesaikan turing ultra distance ini dalam sehari. Pria yang juga menjadi pentolan grup Pas Gak Normal (PGN) Surabaya ini menggunakan jersey PGN terbaru.
“Turing ini selain untuk pencapaian pribadi saya juga untuk melaunching jersey PGN terbaru. Sudah bisa dipesan sejak pulang dari Solo ini,” tutupnya bangga.