Tuntutlah Ilmu hingga Negeri China, Ini Maksud Pesan Rasulullah
Islam mengajarkan agar setiap Muslim menjadi pribadi yang berilmu. Ibadah yang didasari dengan ilmu lebih baik ketimbang khusyuk tanpa memahami secara ilmu.
Ada yang menarik dari pesan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam (SAW) begitu pentingnya menuntut ilmu, umat Islam dianjurkan menuntut ilmu hingga negeri China.
Lalu apa sesungguhnya maksud dari "hingga ke Negeri China"? Bukankah pusat Islam ada di Timur Tengah, tepatnya di Arab Saudi?
Guna memahami hal itu, KH Said Aqil Siroj, Pengasuh Pondok Pesantren Ats-Tsaqofah, Jakarta, memberi penjelasan berikut:
Isyarat Islam
Tuntutlah ilmu walau sampai negeri China karena mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.
Hal ini menjadi menarik. Mengapa yang disebut China? Mengapa bukan Yunani yang pada masa Nabi Muhammad SAW sedang berada pada puncak kejayaan atau Mesir yang kala itu termasuk peradaban maju?
Boleh jadi hal itu merupakan isyarat bahwa Islam akan mencapai China meskipun negerinya nun jauh dari jazirah Arab. Siapa yang menyangka pula akhirnya China termasuk salah satu negara terdepan dalam hal teknologi.
Saat masih berada di Mekkah dan mendapatkan tekanan dari kaum Quraisy, Nabi mempersilakan para sahabatnya untuk hijrah. Ada yang pindah ke Etiopia seperti Ja'far bin Abi Thalib, ada pula yang ke China. Setidaknya terbukti dari dua makam sahabat Nabi di Quanzhou yang tertulis wafatnya pada tahun 622.
Meski namanya tidak tertulis, dari tulisan pada makam diketahui bahwa makam tersebut direnovasi oleh Laksamana Cheng Ho.
Pada zaman Nabi, China dikuasai Dinasti Tang (618–906). Para kaisar dari Dinasti Tang diketahui gemar membangun relasi bisnis dengan berbagai pihak, terutama dari Persia dan Arab. Menurut penulis buku Islam in China Mi Shoujiang dan You Jia, selama 148 tahun, sebanyak 37 orang utusan Arab menghadap kaisar dari Dinasti Tang.
Dinasti Tang mengalami masa keemasan pada masa kepemimpinan Kaisar Gaozong yang meninggal pada 683 hingga Kaisar Dezong yang meninggal pada 805.
Namun, pecahnya pemberontakan An-Shi (755–763) mulai melemahkan Dinasti Tang. Kudeta ini dipimpin Jenderal An Lushan yang mendaulat dirinya sebagai kaisar baru di China Utara.
Kaisar Zongyun yang berkuasa saat itu meminta bantuan kepada Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Dengan bantuan pasukan Abbasiyah, pemberontakan An-Shi dapat dikalahkan.
Sejumlah barak militer Abbasiyah berdiri sebagai hunian bagi tentara muslim selama bertugas di wilayah Tang.
Mereka berinteraksi dengan penduduk lokal. Orang-orang China, khususnya di wilayah barat laut, mulai mengenal Islam. Penduduk setempat menyebut kaum muslim sebagai zhu tang yang berarti orang asing yang tinggal.
Kebanyakan mereka berkebangsaan Arab atau Persia dan berprofesi sebagai pedagang, diplomat, atau tentara. Banyak pula di antara mereka yang menikah dengan penduduk setempat. Keturunannya disebut Fan Ke, antara lain dapat dijumpai di Kota Xinjiang.
Selain melalui darat yang menjangkau China Barat Laut, dakwah Islam yang lebih besar di China terjadi melalui laut dan menjangkau China bagian selatan. Para pelaut Arab sejak sebelum Nabi telah berbisnis dengan orang China. Mereka berlayar mengarungi Samudra Hindia, Selat Malaka, hingga tiba di pesisir Laut China Selatan.
Jejaknya dapat dilihat antara lain di Guangzhou. Di kota pelabuhan ini, terdapat salah satu masjid tertua di China, yakni Masjid Huaisheng.
Di Provinsi Ningxia, terdapat Kampung Najiahu yang merupakan destinasi wisata religi. Di kampung ini, selama hampir seribu tahun para keturunan Nabi Muhammad menetap. Pada 1218, pasukan Jenghis Khan menginvasi kekaisaran Khwarezmia. Di Kota Bukhara, seorang bernama Syamsuddin Umar menyerahkan diri dengan membawa ribuan prajurit.
Belakangan diketahui, Syamsuddin masih keturunan ke-30 Nabi Muhammad dari Husein, putra kedua dari pernikahan putri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib.
Syamsuddin kemudian dipercaya menjadi gubernur pertama Provinsi Yunnan oleh Kubilai Khan, cucu Jenghis Khan.
Ia meninggal pada usia 69 tahun dan dimakamkan di Yunnan. Nashiruddin, anak sulungnya, ditunjuk menggantikan posisinya. Kelak, keturunan Nashiruddin membentuk komunitas bermarga “Na” lalu bermigrasi ke Ningxia.
Demikian semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.