Tuntut Diakhiri Kudeta Militer, Ribuan Warga Myanmar Unjuk Rasa
Puluhan ribu warga Myanmar, Minggu kemarin turun ke jalan menggelar aksi unjuk rasa menuntut diakhirinya kudeta militer dan pembebasan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi yang ditahan bersama pejabat lainnya dalam pengambilalihan militer pekan lalu.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-militer dan mengibarkan bendera merak merah yang melambangkan Liga Nasional untuk Demokrasi.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk bertuliskan "Hormati suara kami". Hal itu merujuk pada kemenangan telak partai Suu Kyi dalam pemilihan 8 November tahun lalu.
Seorang pengunjuk rasa menyebut Suu Kyi pemimpin sejati. "Dia satu-satunya harapan kami untuk demokrasi kami. Jika dia meninggal atau sesuatu terjadi padanya, bagaimana masa depan kami? Kami benar-benar membutuhkannya kembali," kata pengunjuk rasa itu, dikutip dari BBC, Senin 8 Februari 2021.
Aksi unjuk rasa pada hari Minggu kemarin adalah yang terbesar sejak Revolusi Saffron tahun 2007 saat ribuan biksu negara itu bangkit melawan rezim militer.
Para pengunjuk rasa di Yangon membawa balon-balon merah. Warna merah mewakili Liga Nasional Suu Kyi untuk Partai Demokrasi (NLD). Mereka juga meneriakkan, "Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi!"
Menjelang tengah hari, ratusan orang juga berkumpul di kota pesisir Mawlamine di tenggara dan mahasiswa serta dokter berkumpul di kota Mandalay.
Kudeta militer di Myanmar itu dikecam para pemimpin dunia juga Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.
Mereka mendesak pemimpin militer Myanmar melepaskan kekuasaan yang direbutnya dan membebaskan para politisi.
Advertisement