Tunggu Planning Permit Australia, Muhammadiyah Bangun Sekolah
Menjelang Milad Muhammadiyah ke-107 tahun masehi pada 18 November 2019, Muhammadiyah berharap-harap cemas menunggu Planning Permit dari Pemerintah Australia.
Planning Permit adalah dokumen legal mengenai ijin pemberdayaan dan pembangunan suatu lahan di wilayah Australia dengan berbagai pertimbangan efek ekologis, ekosistem dan sosial.
Pengabulan Planning Permit sedianya akan menjadi hadiah Milad dan pembuka gerak dakwah Muhammadiyah di bumi Australia.
“Kami, Muhammadiyah sudah memiliki 10 hektar tanah di Melbourne, Australia. Pengajuan Planning Permit sejak September 2018 dan penentuan hasil akhirnya antara tanggal 11-18 bulan ini. Di Australia sangat ketat syarat-syaratnya. Jika lolos, maka pembangunan secara legal berbagai Amal Usaha Muhammadiyah bisa langsung dimulai,” kata Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerja sama Internasional, Wahid Ridwan.
Dalam proses yang tidak mudah, Wahid mengaku berterimakasih kepada dewan Imam Australia ANIC (Australian National Imam Council), UMA dan organisasi Islam setempat yang selama empat bulan belakangan menyokong Muhammadiyah untuk mendapatkan dokumen legal Planning Permit.
Dua orang perwakilan UMA dan ANIC, Imam Sadli dan Musthopa berkunjung ke Gedung PP Muhammadiyah Jakarta untuk mengabarkan perkembangan terbaru pada Rabu 13 November 2019.
“ANICsangat kuat pondasinya dan didukung masyarakat pribumi. LHKI dalam waktu dekat juga akan ada Nota Kesepahaman (MoU) dengan mereka di bidang pendidikan, dakwah dan budaya,” imbuh Wakil Ketua LHKI Muhyidin Djunaidi.
Sebelumnya, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, lebih dari satu abad, andil Muhammadiyah sebagai pelopor di dalam pendidikan nasional. Ormas Islam terbesar di Indonesia -- setelah Nahdlatul Ulama --, telah mengayomi berbagai warga bangsa dari beragam latar belakang etnis dan agama. Bukan hanya bagi umat Islam, tapi juga non-Muslim.
“Pendidikan tantangannya adalah keterbelakangan. Hal inilah yang menajdi pilihan Kiai Dahlan. Kini ketika disebutkan Muhammadiyah yang diingat pertama kali adalah pendidikannya," tutur Abdul Mu'ti.
Di Waingapu NTT dan banyak pelosok di Indonesia, menurut Mu'ti, bahkan sekolah Muhammadiyah banyak yang berdiri lebih dulu dari sekolah negeri.
Hal tersebut diungkapkannya dalam pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta mengambil tema “Muhammadiyah Mencerdaskan Bangsa: Pengalaman Belajar di Muhammadiyah” dengan menghadirkan alumni sekolah Muhammadiyah dari beragam etnis dan agama, Jumat 15 November 2019.
“Selain sejalan dengan tema Milad Muhammadiyah ke-107 di Yogyakarta, tema ini juga sejalan dengan misi Nabi yaitu menyampaikan ayat, mengajarkan ayat, dan juga penyucian," tutur Abdul Mu'ti.
Semua ini terkait dengan pendidikan, yang diharapkan masyarakat berubah dari jahiliyah menjadi berilmu.
"Kiai Dahlan merintisnya satu abad yang lalu,” ujar Abdul Mu’ti.