Tumpek Kandang Adat Bali, Upacara Menghormati Binatang
Adat Bali selalu mempesona. Tak heran jika banyak turis baik lokal maupun mancanegara kagum dan betah berlama-lama di Pulau Dewata. Baru-baru ini, video viral di TikTok memperlihatkan upacara Tumpek Kandang. Salah satu upacara ini ditujukkan untuk semua jenis hewan sebagai bentuk menghormati sesama makhluk hidup. Seperti apa itu upacara Tumpek Kandang, berikut ulasannya.
Mengenal Prinsip Adat Bagi Masyarakat Bali
Masyarakat Bali tentu memilki keyakinan yang dipegang teguh yakni dalam Tri Murti, yang merupakan suatu keyakinan bagi masyarakat hukum adat Bali mengenai siklus kehidupan manusia yang pasti akan dijalani, yakni lahir, hidup, dan mati. Hal itu merupakan suatu keyakinan bahwa ketiganya pasti akan terjadi dalam kehidupan ini, oleh karena itu hal tersebut diimplementasikan ke dalam ajaran Tri Murti yakni adanya tiga Dewa yang melaksanakan ketiga siklus kehidupan tersebut.
Pertama, Dewa Brahma sebagai pencipta alam kehidupan ini. Kedua, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan ketiga ialah Dewa Siwa sebagai pengembali segala sesuatu ke asalnya.
1. Tri Hita Karana, yakni mengandung arti bahwa ada 3 penyebab kebahagiaan yang meliputi keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, Keseimbangan hubungan manusia dengan sesama manusia, dan Keseimbangan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Bahwa hubungan tersebut harus tetap harmonis oleh karena keharmonisan hubungan itulah yang menjadi sumber dari kebahagian.
2. Tri Wam Asi, yang mengandung arti bahwa kamu adalah saya, yang memiliki makna bahwa dalam bermasyarakat hendaknya memperlakukan sesamanya sama dengan memperlakukan dirinya, oleh karena menyakiti orang lain adalah sama dengan menyakiti diri sendiri. Dan oleh sebab itu dalam berkehidupan di masyakarakat hukum adat selalu diharapkan adanya kehidupan yang rukun dan damai untuk bisa menuju kesehjateraan hidup bersama.
3. Tri Kaya Parisuda, yakni 3 prinsip dasar yang harus dilakukan ialah berfikir yang baik, berbuat yang baik, dan berbicara yang baik, sehingga akan terciptaketertiban dan kedamaian dalam masyarakat selalu akan terjaga.
Dan dari prinsip-prinsip itulah dijadikan sebagai keharusan untuk dilaksanakan dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat hukum adat, juga harus diimplementasikan dalam ketentuan-ketentuan dalam hukum adat Bali yang akan dijalankan oleh masyarakat Bali.
Upacara Tumpek Kandang
Upacara Tumpek Kandang atau biasa dikenal dengan Tumpek Uye merupakan sebuah upacara selamatan kepada sarwa beburon, atau hewan-hean piaraan yang dirayakan pada setiap hari Sabtu Kliwon wuku Uye. Upacara ini memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Rare Angon atau pencipta dan pemelihara binatang.
Tumpek Kandang merupakan ritus selamatan yang pada hakikatnya ditujukkan sebagai bentuk pemujaan kepada Tuhan , Rare Angon, dan Dewa Siwa. Hal itu sesuai dengan gambaran bahwa dalam ajaran agama di Bali begitu menjunjung tinggi harkat kehidupan makhluk lainnya selain manusia, hewan, tumbuhan dan segala yang menyusun alam semesta tersebut merupakan pihak-pihak yang saling berdampingan dengan manusia sehingga hubungan kondusif dan konstruktif haru terus dipertahankan.
Dalam ajaran Hindu, seluruh umat diajarkan untuk senantiasa menjaga keharmonisan serta keselarasan dengan berbagai makhluk hidup yang lainnya agar keseimbangan dan hubungan timbal balik di antara semua makhluk yang ada di dunia bisa berjalan dengan baik. Karena sejatinya semua makhluk hidup yang ada di dunia ini memiliki nyawa yang diberikan atau dianugerahkan oleh Tuhan.
Sarana dalam Upacara Tumpek Kandang
Upacara Tumpek Kandang memiliki keharusan yang penting bagi konteks kehidupan masyarakat Bali, yang mayoritasnya menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Beberapa hewan ternak seperti sapi dan kerbau sangat bermanfaat bagi para petani dalam membajak sawah, untuk itu dilakukan tumpek kandang bagi hewan-hewan yang berjasa bagi petani.
Untuk bebanten atau pelengkap upacara antara lain:
1. Untuk bebanten bagi sapi, kerbau, gajah, kuda, dan yang semacamnya akan dibuatkan bebanten tumpeng tetebasan, penyeneng, sesayut, dan canang raka.
2. Untuk bebanten bagi babi dan sejenisnya tumpeng canang raka, penyeneng, ketipat, dan belayang.
3. Untuk bebanten unggas seperti ayam, itik, burung, angsa, dan lainnya dibuatkan bebanten berupa macam-macam ketupat sesuai dengan nama atau unggas itu yang dilengkapi dengan penyeneng, tetebus, dan kembang payas.
4. Di sanggah atau merajan akan dilakukan pemujaan, pngastawa Sang Rare Angon yaitu dewanya ternak dengan melakukan persembahan seperti hayapan (widi-widhiana) berupa suci, peras, daksina, penyeneng, canang lenga wangi, burat wangi dan pesucian.
Makna Upacara Tumpek Kandang
Pada hakikatnya, rahina tersebut untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Pasupati atau yang disebut dengan Rare Angon (penggembaa makhluk). Bahwa yang dipuja adalah Ida Sang Hyang Widhi, bukan memuja binatang, demikian terhadap tumbuhan, senjata, gamelan, dan sebagainya.
Tumpek Kandang merupakan upacara yang memiliki kaitan dengan eksistensi binatang secara keseluruhan, pada upacara tersebut akan dihaturkaan serangkaian sesaji kehadapan Tuhan Sang Pencipta yang telah menciptakan binatang sebagai sebagai teman manusia, yang dilakukan oleh pemelihara ternak kepada Betara Pasupati dengan tujuan agar ternak yang dipelihara tidak terkena penyakt dan tetap berproduksi.
Upacara Tumpek Kandang, yakni upacara untuk menyomyakan Bhuta Kala dan sumber daya alam termasuk ternak dan tanaman. Selain itu Upacara Tumpek Kandang juga untuk mengingatkan manusia akan adanya Tri Guna, yakni tiga unsur dasar sifat manusia yakni Satwam ialah sifat damai, Rajas sifat ambisi, dan Tamas yakni sifat malas.
Tujuan Upacara Tumpek Kandang
Dalam agama Hindu khususnya di Pulau Bali bermaksud untuk mengajarkan cinta kasih yang besar kepada seluruh ciptaan Tuhan dan yang mengajarkan sifat untuk menghargai tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada binatang, tumbuhan, dan seluruh ciptaan-Nya. Karena dalam agama Hindu terdapat amanat untuk menjaga keharmonisan hidup dengan sesama makhluk yang memiliki jiwa dan berasal dari Ida Sang Hyang Widhi.
Advertisement