Tumbuhnya Koperasi adalah Bangkitnya Wirausaha Berwawasan Sosial
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi menyakinkan bahwa narasumber-narasumber yang hadir dalam Seminar Nasional Replikasi Sukses UMKM dan Koperasi Bagi Wirausaha Perempuan dan Pemuda Indonesia di Gedung Heritage Kemenko PMK, Senin 27 November adalah sumber inspirasi.
“Mereka adalah contoh contoh sukses Gerakan Indonesia Mandiri lewat UMKM dan koperasi. Para pembicara ini bisa dijadikan sumber acuan untuk membangkitkan semangat wirausaha. Mereka bisa menjadi inspirator, menjadi motivator sekaligus fasilitator dan terakhir menjadi provokator untuk menjadi orang hebat di Indonesia,” terang Didik saat memberikan pidato penutupan seminar tersebut.
Untuk itu Didik berharap hasil dari seminar ini akan memperperbanyak koperasi-koperasi yang sukses. Karena salah satu indikator Gerakan Indonesia Mandiri dalam program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) adalah koperasi.
“Kenapa koperasi, karena koperasi adalah soko guru perekonomian dan punya undang-undang. Kalau sekarang ada masalah dengan koperasi, itu adalah masalah person, masalah SDM dan integritas yang memang harus dibenahi. Tapi untuk membangun Indonesia yang bergotong royong yang bekerja sama, maka Insya Allah kita semangat kembangkan koperasi bersama-sama,” ungkap Didik.
Koperasi di Indonesia ada sekitar 120 ribuan yang aktif atau sekitar sekitar 50 persen dari koperasi yang tercatat di Indonesia. Namun, jelas Didik, dengan kesadaran bahwa kita tidak bisa hidup sendiri maka dengan semangat social entrepreneurship diharapkan cita-cita Indonesia Emas 2045 menjadi negara yang maju tercapai.
“Maka kita berharap akan terbangun entrepreneur-entrepreneur sosial dalam hal ini saya berharap pada pemuda, semoga tercapai cita-cita Indonesia. Sebab saya baca dari kajian Universitas Indonesia, potensi Indonesia Emas bisa gagal kalau kita tak bisa meningkatkan pertumbuhan di atas 17 persen. Atau kita meningkatkan peran ekonomi pemuda harus 40 persen, tanpa itu berat,” terang Didik.
Dia berharap agar Gerakan Revolusi Mental tidak terhenti di masa Presiden Jokowi, namun akan dilanjutkan presiden selanjutnya.
Defisit Karakter Kolaborasi
Sebelumnya, saat memberikan tanggapan, Anggota Tim Ahli Gugus Tugas Nasional (GTN) GNRM Tri Mumpuni menekankan pentingnya bisnis sosial seperti yang disimpulkan Didik Suhardi.
Menurut Tri Mumpuni Indonesia ini perlu menekankan social business yang tidak hanya mengejar keuntungan semata.
“Dari enam pembicara ini semua adalah contoh terbaik tentang social business yang mana mereka semua memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Tapi mengapa yang bagus-bagus begini sporadis, ini karena kita, masyarakat Indonesia memang masih defisit karakter kolaborasi,” tutur Tri Mumpuni.
“Kalau membangun itu harus ada 5 modal. Pertama sumber daya manusia (SDM), kedua sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Modal selanjutnya modal sosial yakni mengerjakan apapun untuk kepentingan bersama. Dulu gak ada IMF, World Bank tapi kita bisa merdeka dengan modal sosial, sekarang tidak karena manusia makin individualis. Modal keempat spiritual capital, dan terakhir modal finansial. Namun mainstream di dunia adalah modal finansial nomer satu,” imbuhnya.
Dengan modal yang sudah kita punya, Indonesia mestinya sudah menjadi negara yang maju dan mandiri secara ekonomi.
“Namun belum, kita punya SDM yang pintar-pintar tapi apakah dalam kepintaran itu ada integritas, ada rasa saling ingin berbagi, mau berkolaborasi, dan yang penting mau berbuat baik untuk sesama. Ini semua yang memang harus kita perjuangkan dalam revolusi mental ini,“ seraya menegaskan bahwa koperasi bisa menjadi alat untuk pertumbuhan ekonomi dan mengamankan hak rakyat.
Memiliki banyak pengalaman dalam pembuatan pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektrik, Tri Mumpuni menjelaskan bahwa SDA alam bagi masyarakat sebagai pemiliki pembangkit listriknya bisa dimonetisasikan menjadi bagian aset rakyat.
“Jika ada investor yang mau mengambil alih, ya gak bisa kalau rakyat desa punya koperasi. Dengan koperasi yakni satu orang satu suara maka tak ada orang lain yang bisa mengambil alih karena harus ada persetujuan seluruh anggota koperasi. Jadi yang bisa mengamankan aset dan hak rakyat ya koperasi,” tegas Tri Mumpuni yang sudah mendampingi 65 desa di Indonesia dan 1 desa di Filipina untuk membangun pembangkit listrik tenaga mikro hidroelektrik ini.
Berkat pembangkit listrik tersebut, masyarakat bisa meningkatkan kondisi ekonominya dengan membentuk koperasi.
Acara seminar ini dihadiri ratusan peserta secara daring dan luring. Acara seminar menghadirkan: Dharma Setyawan selaku Founder Payungi Lampung; Riza Azyumarridha Azra selaku Founder Rumah Mocaf; Abdul Hamid Kepala Desa Sukanagalih Cianjur dan selaku expert mentor dari One Village One CEO ATP-IPB; Kamaruddin Batubara selaku Direktur Utama Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia; Chandra Fatmawati selaku Ketua Koperasi Setya Bhakti Wanita Surabaya; dan Nurchaeti selaku Owner UMKM N&N International.
Seminar yang dipandu oleh Veronica Enda Wulandari ini juga dihadiri dua penanggap yaitu Tri Mumpuni selaku Anggota Dewan Pengarah BRIN dan Anggota Tim Ahli GTN GNRM serta Nita Yudi selaku Ketua Umum DPP IWAPI.