Tumbuhkan Cinta Kebudayaan, Disbudpar Gelar Pameran Kepurbakalaan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Banyuwangi menggelar pameran Kepurbakalaan yang berlangsung mulai 3-5 September 2020.
Pameran yang digelar di kantor Disbudpar Banyuwangi ini untuk memperkenalkan sejarah Banyuwangi sekaligus menumbuhkan cinta kebudayaan pada generasi muda.
Kepala Disbupar Banyuwangi, Muhammad Yanuarto Bramuda, mengatakan, Banyuwangi memiliki kisah masa lalu yang menarik. Misalnya, kisah Kerajaan Blambangan dan Macan Putih yang turut andil dalam sejarah Banyuwangi. Kisah sejarah ini harus diteruskan pada generasi muda.
"Anak cucu kita harus diceritakan sejarah yang mengandung kisah-kisah heroik zaman dahulu. Kegiatan ini untuk menumbuhkan cinta kebudayaan Banyuwangi pada generasi milenial,” ujar Bramuda, Jumat, 4 September 2020.
Benda-benda bersejarah yang dipamerkan antara lain tempayan dari Dinasti Tang, China abad 7-10, wadah penutupnya di China Dinasti Ming abad ke-14, guci song (kelapa) Dinasti Song abad 9-12. Semua benda bersejarah itu ditemukan di wilayah Banyuwangi.
Selain itu, juga benda-benda pusaka Banyuwangi lainnya. Seperti satu set timbangan zaman Kerajaan Blambangan abad 14-18 Masehi. Timbangan yang terbuat dari perak itu ditemukan di Pertanen, Jambewangi, Kecamatan Sempu.
Juga dipamerkan botol soda buatan perusahaan keluarga Belanda, Erven Lucas Bols, tahun 1575. Botol tersebut terbuat dari keramik berkapasitas satu liter.
Ada pula, berbagai benda purbakala dan benda kuno berbahan batu, tanah liat, keramik, hingga kayu juga ditampilkan pada pameran tersebut. Bentuknya bermacam-macam, ada keris, tombak, arca, lingga yoni, hingga lemari rias kuno.
Bramuda menambahkan, saat ini Disbupar telah memiliki museum benda-benda purbakala. Disbudpar juga akan membangun museum Banyuwangi Tempo Doeloe. Museum yang mengisahkan cerita-cerita Banyuwangi.
"Seperti cerita Pantai Boom yang mempunyai koneksi dengan Australia, kisah penambang belerang zaman Belanda, dan berbagai kisah lainnya," katanya.
Kata Bramuda, pameran ini juga sebagai sarana untuk mengumpulkan kembali barang-barang bersejarah yang ada di Banyuwangi.
"Kami juga mengumpulkan para budayawan, kolektor, pencinta barang purbakala lewat sarasehan," katanya.