Tulisan Tangan Prof. Bus Tak Bisa Dibaca, Tak Bikin Kendor Rektor Unair
Saat akan mengembalikan jabatan Prof. Budi Santoso sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Rektor Universitas Airlangga Prof. Mohammad Nasih mengaku kesulitan membaca surat keberatan yang dilayangkan Prof Bus panggilan akrab Budi Santoso. Apa pasal? Penyebabnya karena tulisan keberatan itu ditulis dengan tulisan tangan.
"Kami sudah menerima surat dari Prof. Bus, cuma agak sulit membaca surat Prof. Bus karena tulisan tangan. Saya bukan apoteker," kata Nasih.
Joke Nasih ini berkaitan kebiasaan banyak dokter-dokter di Indonesia yang mempunyai tulisan tangan jelek dan susah dibaca. Terutama dalam menuliskan resep obat untuk pasien. Hanya apoteker yang biasanya paham dengan tulisan resep dokter itu.
Tapi, soal tulisan jelek Prof Bus itu tak membuat Nasih jadi membatalkan niat untuk mengembalikan jabatan Prof Bus sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kata Nasih, meski tulisan tangan Prof Bus jelek, dia sudah paham apa yang dimaksud dalam surat tersebut.
"Tapi kami paham apa yang disampaikan Prof. Bus dan ada alasan bagi kami mengangkat beliau sebagai dekan, ya kita angkat (kembali)," ucapnya, di halaman Masjid Ulul Azmi Kampus C Universitas Airlangga, Selasa 9 Juli 2024.
Lalu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair juga menuturkan, keputusannya beberapa waktu lalu untuk mencopot Prof BUS sebagai Dekan FK Unair adalah diumpakan sebagai dinamika dalam menjalin hubungan berpacaran dan berumah tangga.
"Lah ini kan biasa saja, sampean ketemu, sampean pacaran, ada masalah apa, putus 'kan biasa saja, rumah tangga biasa saja. Ga usah baperan, tapi semua sudah oke, Prof Bus sudah menyampaikan suratnya kepada kami, sudah kami baca, kemudian beliau sudah diangkat kembali menjadi Dekan FK Unair," terang Nasih.
Nasih pun menyampaikan permintaan maafnya kepada awak media dan mengibaratkan pula berbagai peristiwa yang terjadi selama seminggu terakhir sebagai sebuah serial drama.
"Selanjutnya tentu saya memohon maaf kepada kawan-kawan media, karena cerita serial ini sudah berakhir sampai di sini. Sudah selesai," tegasnya.
Sementara itu, Prof. Budi Santoso mengucapkan terima kasih kepada Rektor Unair dan jajaran rektorat lainnya, yang telah mengembalikan posisinya sebagai Dekan FK Unair.
Tak lupa, dirinya pun khilaf, mengaku salah, dan meminta maaf karena telah melontarkan pernyataan mengenai penolakannya terhadap kebijakan impor dokter spesialis yang dianggapnya kelewatan.
"Alhamdulillah semua sudah berakhir, saya secara pribadi mengaturkan permohonan maaf kepada bapak rektor, mungkin (pernyataan penolakan dokter asing) saya bermaksud mewakili diri pribadi, tapi mungkin terlalu kelewatan, sehingga saya menggunakan institusi. Ini salah saya dan Alhamdulillah bapak rektor memaafkan," tuturnya.
Advertisement