Tujuh Penyebab Korupsi dan Jalan Keluarnya
Persoalan korupsi di negeri ini makin merajalela. Para pejabat, baik dari tingkat bawah, seperti Bupati dan Wali Kota, terjerat kasus korupsi. Belum lagi Gubernur dan sejumlah pejabat tinggi.
Ada sebuah renungan disampaikan Cep Herry Syarifuddin, aktivis dakwah, yang menilik persoalan korupsi. Menurutnya, ada tujuh penyebab korupsi dan tawaran solisinya:
1. Godaan hidup hedonisme (bermewah-mewahan, bermegah-megahan), sehingga timbul cinta dunia. Sedangkan cinta dunia itu induk dari segala kejahatan. Contohlah kesederhanaan Rasulullah s.a.w., para sahabat, dan ulama salafus sholih (ulama terdahulu yang saleh). Kendati demikian, sejatinya hidup mewah itu tidak dilarang dalam Islam, asalkan sumbernya dari cara yang halal dan tidak disertai dengan kesombongan dan kekikiran.
2. Kekeliruan orientasi tentang ukuran kemuliaan, yang barometernya terpusat pada harta, tahta/jabatan, dan keturunan. Ia berpikir bahwa dirinya bisa mulia dan dihargai orang jika ia memiliki rumah yang megah, kendaraan mewah, harta yang berlimpah, jabatan tinggi, atau berketurunan ningrat. Padahal ukuran kemuliaan itu sesungguhnya terletak pada ketaqwaan seseorang.(Q.S.49:13).
3. Kurang bersyukur dan hidup berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan. Padahal gajinya sudah cukup jika melihat pada kebutuhan riilnya, bukan pada keinginannya. Sebab keinginan itu tidak akan pernah ada puasnya. Maka hiduplah sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan. Syukuri nikmat sekecil apa pun ia. Orang yang tidak bisa mensyukuri nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan bisa mensyukuri nikmat yang banyak (H.R. al-Baihaqy)
4. Lemah iman, akibat darilemahnya ketaqwaan.karena iman bisa naik atau kokoh akibat dari kuatnnya ketaqwaan dan pencerahan keilmuan agama. Dan bisa pula turun atau lemah dengan berkurangnya ketaqwaan dan penjiwaan nilai-nilai keagamaan. Maka tingkatkan selalu ketaqwaan dan semangat mencari pencerahan untuk terus memperbaiki diri. Jika iman sedang turun, segeralah memperbanyak istighfar dan bergabung dengan majlis dzikir, majlis taklim, atau komunitas orang-orang saleh.
5. Berorientasi pada “ semangat mengambil”, bukan “semangat memberi”. Pola pikir koruptor adalah bagaimana caranya ia bisa mengambil untung dari orang lain dengan berbagai cara, sedangkan orang yang jujur dan bersih lebih berpikir”seberapa banyak yang bisa ia berikan atau sumbangkan untuk kebahagiaan orang lain.
6. Salah pergaulan dan tidak punya prinsip hidup yang tegas dan istiqomah. Biasanya ia bergaul dengan orang-orang yang cinta dunia dan kemaksiyatan. Seharusnya ia bergaul dengan orang-orang saleh.
7. Tidak takut ALLAH dan pertanggung jawaban di akherat, sehingga ketika ada peluang dan kesempatan,ia nekat korupsi. Jika ia ingat bahwa ia tidak hanya hidup di dunia, tapi juga di akherat yang lebih kekal, di mana segala amal baik dan buruk seseorang akan diperhitungkan, niscaya ia akan mengurungkan niatkorupsinya. Ingat pula adzab neraka yang pedih dan derita berkepanjangan di sana.
(Hasil Tafakkur edisi Mei 2013)
Advertisement