Tujuh Hal Terkait Kepemimpinan, Pesan Sayid Abdullah al-Haddad
Kepemimpinan suatu negara, menjadi perhatian penting dalam ajaran Islam. Bagaimanakah sosok dan kriteria, serta kewajiban pemimpin ideal yang mampu memimpin suatu negeri, seperti Indonesia, agar lebih adil dan beradab?
Seorang tokoh pembaharu abad ke-12 H, yakni al-Imam al-Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad, pengarang Ratib al-Haddad, yang lahir dari keluarga besar Alawiyyin Hadramaut pada 5 shafar 1044 H dan wafat pada 7 Dzulqa’dah 1132 H.
Al-Imam al-Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam buku “al-Imam al-Haddad Mujaddid al-Qarn ats-Tsani Asyara al-Hijry” memberikan nasihat kepada para pemimpin dengan menyebutkan tujuh hal berikut:
Pertama,mengangkat pemimpin dari para orang-orang yang memberikan petunjuk.
Kedua, mengetahui ilmu-ilmu Iman dan Islam.
Ketiga, mengagungkan syi’ar agama.
Keempat, menghilangkan kemungkaran.
Kelima, melaksanakan aturan dan batasan-batasan Allah.
Keenam, memberikan kasih sayang terhadap orang yang lemah, orang yang miskin, orang yang terzalimi, dan yang mempunyai kebutuhan, serta bersikap keras dan tegas kepada orang-orang zalim, orang yang sombong, dan kepada orang yang suka melakukan keburukan.
Bagi pemimpin hendaknya mempermudah penghalang dan teguh akan agamanya serta selalu menjaga amanah.
Ketujuh, mengerti keharaman mengambil harta rakyat (korupsi) dan bersikap hati-hati terhadap harta mereka.
Lebih jauh, Imam Abdullah al-Haddad menjelaskan bahwa kezaliman para penguasa adalah pokoknya sebuah kehancuran. Sehingga beliau selalu memerintahkan para pemimpin untuk menyayangi rakyatnya.
"Imam Abdullah al-Haddad menjelaskan bahwa kezaliman para penguasa adalah pokoknya sebuah kehancuran. Sehingga beliau selalu memerintahkan para pemimpin untuk menyayangi rakyatnya".
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa Imam Abdullah al-Haddad pernah menulis surat kepada seorang Raja Badr bin Abdullah al-Katsiri, yang berisikan nasehat kepada sang raja:
“Engkau harus banyak memuji Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, terhadap para hamba-Nya yang menjadi urusanmu, maka hendaknya engkau liputi rakyatmu dengan nasehat, memperlakukan mereka dengan lemah-lembut dan kasih sayang, mementingkan apa yang baik bagi mereka sebagaimana engkau mementingkan kebaikan untuk dirimu sendiri dan keluargamu, hendaknya engkau menolong orang yang terzalimi dan menghilangkan kesusahan mereka”. (adi)
Advertisement