Tujuh Hal Penting Sifat Tasamuh, Menghormati dan Menghargai
Dalam nilai ajaran Islam ala Ahlussunnah Waljamaah yang dianut Nahdlatul Ulama (NU), terdapat istilah tasamuh (toleransi), tawasuth (moderat, sikap tengah-tengah, tidak ekstrem), tawazun (berimbang). Ditambah lagi sifat i'tidal (tegak lurus) dan amar ma'ruf nahi munkar.
Demikian dalam Islam, saling menghargai dan menghormati itu disebut tasamuh. Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi. Toleransi dapat berarti tenggang rasa, bermurah hati dan lapang dada.
Guna memahami hal itu, berikut Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, menyampaikan penjelasannya.
Menurut istilah, tasamuh adalah saling menghormati dan menghargai antarmanusia dengan manusia lainnya.
Dapat disimpulkan, tasamuh ialah akhlak terpuji dalam pergaulan, ada rasa saling menghormati dan menghargai antara satu dengan lainnya tetapi masih dalam batas-batas yang digariskan oleh ajaran agama Islam.
Empat Prinsip Toleransi
Empat prinsip toleransi dalam Islam menurut Imam Al-Qardhawi. Pertama, prinsip keragaman (al-ta’addudiyah). Keragaman sejatinya merupakan watak alam, dan bagian dari sunnatullah. Dalam keragaman itu, kita disuruh saling mengenal dan menghargai (QS Al-Hujurat: 13)
Kedua, prinsip perbedaan terjadi karena kehendak Tuhan (waqi’ bi masyi’atillah). Allah SWT tentu tidak berkehendak pada sesuatu kecuali ada kebaikan di dalamnya. Kalau Allah menghendaki maka semua penduduk bumi menjadi Islam. Namun, hal demikian tidak dikehendaki-Nya (QS Yunus: 99).
Ketiga, prinsip yang memandang manusia sebagai satu keluarga (ka usrah wahidah). Semua orang, dari sisi penciptaan, kembali kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT, dan dari sisi nasab, keturunan, ia kembali kepada satu asal (bapak), yaitu Nabi Adam AS. Pesan ini dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 1.
Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS An-Nisa’: 1)
Keempat, prinsip kemuliaan manusia dari sisi kemanusiannya (takrim al-Insan li-insaniyyatih). Manusia adalah makhluk tertingi ciptaan Allah, dimuliakan dan dilebihkan atas makhluk-makhluk lain.
Allah berfirman:
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS Al-Isra: 70)
Toleransi sangat dianjurkan dengan siapapun kecuali dalam urusan agama yang menyangkut aqidah dan keimanan seseorang, Allah berfirman:
اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al-Mumtahanah: 9)
Anjuran saling mengenal
Semakin saling mengenal, maka semakin terbuka peluang untuk bekerjasama dan saling memberi manfaat. Rasulullah SAW bersabda:
تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُوْنَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى الأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِى الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِى الأَثَرِ
“Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahmi, karena silaturahmi itu menanamkan rasa cinta kepada kekeluargaan, memperbanyak harta dan memperpanjang usia.” (HR Tirmidzi)
Allah SWT berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS Ar-Rum: 22)
Yang mendapat rahmat Allah
Allah SWT berfirman:
اِلَّا مَنْ رَّحِمَ رَبُّكَ ۗوَلِذٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗوَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
“Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, ‘Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya’.” (QS Hud: 119)
Lalu siapa yang mendapat rahmat Allah? Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, Imam Atha’ mengatakan bahwa yang dimaksud orang yang mendapat rahmat Allah yaitu orang yang memiliki sikap toleran, lapang dada dan menerima perbedaan-perbedaan dan keragaman manusia (al-hanifiyah).
Dalam kitab yang sama, Imam Qatadah mengatakan bahwa orang yang mendapat rahmat Allah yaitu orang yang mampu membangun kebersamaan dan persatuan dalam perbedaan dan keragaman agama, suku, ras, bangsa dan lain-lain (Ahlul Jamaah).
Sedang Al-Kasysyaf dan Al-Baidhawi memahami ‘orang yang dirahmati Allah’ itu yaitu sekelompok orang yang mendapatkan petunjuk Allah dan bersikap lemah lembut.
7 Hal: Saling menghargai dan menghormati
Sifat-sifat orang yang saling menghargai dan menghormati, di antaranya, yaitu:
Pertama, Tidak memandang rupa dan harta.
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, tetapi Dia memandang hati dan amal perbuatan kalian.” (HR Muslim)
Kedua, Tidak berselisih pendapat.
Allah berfirman:
وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ
“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat).” (QS Hud: 118)
Ketiga, Menjadi orang yang rendah hati.
Allah SWT berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan ‘salam’.” (QS Al-Furqan: 63)
Keempat, Berbuat adil pada siapa pun.
Allah berfirman:
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al-Mumtahanah: 8)
Kelima, Senantiasa berbuat baik.
Allah berfirman:
وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Baqarah: 195)
Keenam, menjadi orang yang rajin memberikan bantuan dan berlapang dada.
Allah SWT berfirman:
وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS An-Nur: 22)
Ketujuh, Mendamaikan kedua pihak yang berselisih.
Allah berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat: 10)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَأَسْأَلُكَ عَزِيمَةَ الرُّشْدِ
”Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu keteguhan hati di dalam urusan (agama) ini dan kemauan yang kuat dalam mengikuti kebenaran.‘’ (HR Imam Thabrani dalam kitab al-Kabir wal-Ausath).
Demikian penjelasan dikutip gontornews.com, dari Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia. Semoga bermanfaat.