Tujuh Belasan di Kampung, Anak Ikut Lomba Emak yang Ribut
HUT Kemerdekaan RI yang diperingati setiap 17 Agustus, identik dengan penyelenggarakan berbagai macam perlombaan. Bagi anak-anak dan emak-emak, katanya kurang seru kalau 17-an tanpa perlombaan.
Memeriahkan hari kemerdekaan dengan berbagai lomba yang unik, lucu dan menarik merupakan tradisi dari tahun ke tahun.
Peserta akan bersorak gembira setelah menjadi pemenang atau juara. Memeriahkan hari kemerdekaan adalah tujuan utamanya mengikuti lomba, bukan semata-mata mengejar hadiah.
Kegiatan 17 Agustus di kampung-kampung akan semakin meriah apabila lombanya mampu mengundang gelak tawa. Berikut sejumlah inspirasi lomba Agustusan yang lucu dan seru.
Lomba makeup berpasangan dengan mata tertutup, lomba tahan tawa, lomba mengambil koin dari semangka dengan mulut, lomba gebuk bantal di atas kolam
Lomba bakiak beregu, lomba makan kerupuk sambil tutup mata, lomba joget balon, lomba joget bola salah satu yang paling disukai emak-emak.
Lomba kecepatan memindahkan air dengan gelas air mineral, dan memindahkan kardus Sedang lomba memanjat pinang sudah mulai berkurang, karena membahayakan keselamatan peserta.
Yayasan Assyifa di Jalan Baru Gili Samping Kebun Jeruk, Jakarta Barat, juga tidak mau ketinggalan dalam lomba tujuh belasan. Sejak pagi, anak-anak berkumpul di halaman yayasan dengan mengenakan kaus merah bertuliskan HUT ke-79 Kemerdekaan RI. Sama dengan warna panitia yang didominasi kalangan remaja.
Beberapa peserta senang ikut lomba tujuh belasan di Assyifa. Lomba dirancang panitia seru untuk menarik minat peserta. "Tapi saya kalah, lawannya curang, tidak sportif," ujar salah seorang peserta yang basah kuyup setelah diserang balon air oleh lawannya.
Suasana menjadi heboh ketika berlangsung lomba memindahkan bendera khusus balita. Yang lari bukan hanya anaknya, tapi emak-emaknya juga ikut menyemangati supaya anaknya nenang.
Meskipun panitia melarang ibu-ibu masuk ke arena lomba, tapi tak digubris. "Maaf ya bu, ini lomba khusus balita, untuk emak-emak nanti ada waktunya sendiri," canda seorang panitia.
Ketua panitia lomba, Uswa mengatakan, ada 10 jenis lomba, dibagi dalam kelompok umur. "Kami sengaja menggelar lomba yang ringan ringan saja yang penting anak anak senang dan aman," ujarnya.
Sebelum perlombaan dimulai, Ketua Yayasan Assyifa, Teguh Wido, bercerita tentang proklamasi kemerdekaan. Ketika ia mengajukan pertanyaan kepada anak-anak tanggal berapa Indonesia merdeka, dan naskah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, ditandatangani oleh siapa, anak-anak menjawabnya dengan benar.
Yayasan yang berdiri sejak 1916, memiliki beberapa kegiatan majelis taklim, peringatan hari besar Islam, santunan rutin untuk anak yatim, pengobatan, bimbingan ibadah haji dan umrah.
"Setiap Sabtu sore anak anak berkumpul dan ngaji bareng di yayasan," ujar pendiri yayasan.
Acara sabtuan yang selalu ditunggu anak-anak. Karena mereka bisa dapat es krim dan kue. Dalam setiap kegiatan, biayanya berasal dari donatur, tidak pernah minta sumbangan warga.
"Seperti tujuh belasan hari ini, kami biayai sendiri dari seragam panitia, konsumsi, peralatan lomba sampai hadiah para pemenang, yang penting kami membuat anak-anak senang dan rukun," ujar Teguh Widodo.