Tuhan Menyayangi Semua, Kata Platon
Para juru dakwah selalu mengambil hikmah dari kisah-kisah masa lalu. Dalam Islam, kisah-kisah itu pun masih menjadi bagian penting untuk memberikan nilai-nilai kerohanian penuh wawasan.
KH Husein Muhammad, di antara kiai yang selain menguasai kitab-kitab khazanah Keislaman, juga memelajari hikmah dari kisah-kisah para filosof yang bijaksana itu. Berikut catatannya:
Plato/Platon/Aflathun, filsuf terbesar, guru Aristo itu, suatu hari menyampaikan Khutbahnya di hadapan publik :
ايها الناس اسمعوا كلامى واشكروا الله على نعمه عليكم. واعلموا ان الله سبحانه قد ساوى بين خلقه فى مواهب النعم وبذلها لهم كافة. فافهموا واعتبروا القول بالصحة . اسبغ الله النعم وهى للعامة اجمعين. (افلاطون)
"Wahai manusia, dengarkanlah kata-kataku ini. Berterima kasihlah kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya kepadamu. Ketahuilah bahwa Allah telah memberikan anugerah nikmat kepada semua makhluk-Nya tanpa membeda-bedakan mereka. Pahami dan renungkan kata-kata ini dengan baik. Allah melimpahkan segala nikmat-Nya dan ia untuk semua orang".
Lihatlah kata-kata filsuf Yunani klasik terbesar sepanjang zaman itu. Betapa indahnya. Tuhan tidak membeda-bedakan latar belakang, identitas, agama, keyakinan dan jenis kelamin mereka. Dia memberikan apa saja yang mereka butuhkan bagi hidup mereka.
Wali Plato
Abdul Karim Al-Jily, adalah penafsir ajaran Wahdah al-Wujud, ibn Arabi paling fasih disamping Shadruddin Al- Qunawi. Karyanya yang paling populer "Al-Insan al-Kamil".
Dalam buku ini, Al-Jili menceritakan mimpi pertemuannya dengan Platon di suatu tempat yang penuh misteri. Dia mengatakan:
ولقد اجتمعت بأفلاطون الذي يعده أهل الظاهر كافرا , فرأيته وقد ملأ العالم الغيبي نورا وبهجة , ورأيت له مكانة لم أرها إلا لآحاد من الأولياء , فقلت له : من أنت ؟ قال : قطب الزمان.
“Aku bertemu Plato, orang yang dituduh kafir oleh kaum literalis/tekstualis. Aku melihat dia berada di suatu tempat yang misteri yang diliputi cahaya dan keindahan. Aku tidak pernah melihat kedudukan yang amat terhormat seperti yang diduduki dia, kecuali di kalangan para wali (kekasih Tuhan). Aku bertanya kepada orang yang aku temui: “siapakah anda?”. Dia menjawab : “aku adalah kutub zaman”. (Abd al-Karim al-Jily, Al-Insan al-Kamil fi Ma’rifah al-Awakhir wa al-Awail, II/52).