Tugu Alun-alun Direhab, Bangunan Bersejarah Kok Dirobohkan
Akun Facebook Fachryanz Ashter Merichy Sinambella membagikan video Tugu yang berada di tengah Alun-alun Kota Mojokerto dirobohkan dengan alat berat. Tugu yang disebut ikon Kota Onde-onde itu bakal diganti dengan tugu yang baru.
Namun siapa kira gegara unggahan tersebut, sebagian warganet menyebut ikon kenangan yang bersejarah telah hilang. "Ikon alun-alun Mojokerto dirobohkan," tulis keterangan pada video yang akun Facebook Fachryanz Ashter Merichy Sinambella, Kamis 9 September 2021.
Sejumlah warganet juga mengunggah hal yang sama di media sosial Facebook Group Mojokerto. Bahkan sejumlah warganet juga mem-posting desain baru tugu yang akan dibangun di alun-alun Kota Mojokerto. Tugu baru itu berbentuk menyerupai Tugu Monas di DKI Jakarta.
Meski begitu banyak warganet yang menilai bangunan lama yang dibongkar banyak menyimpan kenangan yang bersejarah. Beberapa di antaranya bahkan menyebut bangunan tugu yang berada di tengah alun-alun Kota Onde-onde itu sudah melekat dengan masyarakat Mojokerto.
"Renovasi boleh tapi lebih baik tidak menghilangkan bangunan lama,,,karena itu adalah sebuah ikon yg sudah berdiri puluhan tahun. Walaupun bangunan tidak ada tema Majapahit tp bangunan itu sudah melekat dengan masyarakat Mojokerto," tulis komentar akun Saiful Mustofa.
"Mirisss bangunan sejarah kk di robohkan,,,setelah itu mungkin gajahnya, diganti dinosaurus," tegas komentar akun Dwi Cahyo.
"Bukan masalah pembangunan yang lebih indah, tapi lihat prasejarah e," tulis komentar akun Run Cie Klayapan dengan emoji menangis.
Ada juga sebagian netizen yang menyayangkan langkah Walikota Mojokerto hanya membuang-buang uang saja. Padahal masih banyak rakyat kecil yang membutuhkan bantuan di tengah pandemi Covid-19.
"Walikotane mojokerto buang-buang uang coba dana nya untuk rakyat kecil masih banyak yang kesusahan oh iya lupa kan walikota nya adiknya mustofa kamal ya wes lanjut," tulis komentar akun Akun Ramadhan Fourtwozeros Relebioner's.
"Kalau lihat gaya kepemimpinan nya seperti Gubernur Jakarta si Anis Baswedan terlalu buang-buang lebih mementingkan tatanan kota dari pada mensejahterakan rakyat nya coba mojokerto memiliki walikota seperti ibu risma pastinya keren kota kelahiran ku mojokerto," lanjut komentar akun Akun Ramadhan Fourtwozeros Relebioner's.
"Emane jare masa pandemi. Bangun ae di lossss. Jare Kulo mboten tego. Dari pada gawe mbangun duite gawe nyantuni wong seng gak due kerjo gak iso golek mangan. Masa pandemi jare losss golek garapan jembatan GM meneng2 di pasangi boto sak Iki alon2 sesok ndi maneh," protes akun Anang Satriya.
"Kota e tok di apik i, ekonomi rakyat e apa kabar?," tulis komentar akun Nur Apriyanto
"Akeh wong seng gak ISO mangan. Dari pada gawe bangun bangun mending di salurkan duite neng wong seng dak iso maem," tulis komentar Akun Abdul Askia Afifa Putri.
Infrastruktur Alun-alun Kota Mojokerto
Untuk diketahui Alun-alun Kota Mojokerto adalah tempat rekreasi masyarakat sekitar yang ingin bermain di taman. Di bagian tengah alun-alun terdapat sebuah tugu yang berukuran cukup besar dan bentuknya unik. Masyarakat setempat menamakannya sebagai “Cermin Pengilon” atau cermin untuk mawas diri. Keberadaan tugu di alun-alun ini sebagai tanda penyerahan kekuasaan Mojokerto ke tangan pemerintah Indonesia dari tangan kolonial Belanda.
Dikutip dari tulisan Serpihan Catatan Ayuhan Aafiq bahwa Mojokerto, seperti Kota lainnya di Jawa, pusat pemerintahan itu selalu ada infrastruktur yang bernama alun-alun di pusat kota. Dekat dengan alun-alun terdapat kraton tempat kediaman bupati dan masjid. Tata Kota semacam itu adalah khas gaya kraton Mataram. Namun sesungguhnya tata kota itu menjiplak dari kota majapahitan. Pada tengah alun-alun terdapat pohon beringin yang diberi pagar melingkar yang disebut Wringin Kurung.
Pada November 1949, menjelang penyerahan kedaulatan dari pemerintah jajahan Belanda pada RI, di Mojokerto dilakukan pembicaraan tentang serah terima tersebut. Di sela perundingan dibuat kesepakatan untuk membuat tugu peringatan yang diletakkan di Alun-alun Mojokerto. Tidak jelas bagaimana prosesnya sehingga pihak Belanda yang masih menguasai Kota Mojokerto mengizinkannya. Yang jelas peletakan batu pertama pembangunannya dilaksanakan dengan dihadiri oleh pihak RI, Belanda dan pejabat kabupaten yang diangkat oleh Belanda, biasa dikenal dengan nama Recomba.
Tugu peringatan itu kemudian dinamakan Tugu Proklamasi. Dinamakan demikian karena pada tugu itu terdapat teks proklamasi yang ditulis pada lempengan marmer. Teks itulah yang sekarang tertempel pada sisi selatan tugu.
Pembuatan tugu itu sepertinya tanpa rencana dan desain yang baik. Maklum pada saat itu konsentrasi para punggawa republik tertuju pada proses pemindahan kekuasaan. Masalah pembangunan belum terpikirkan, apalagi anggaran juga tidak ada alias belum sempat membahas anggaran dan belanja. Maka tidak heran bila bentuk tugu itu teramat sederhana.
Dengan meletakkan di dekat Wringin Kurung, bangunan kotak persegi panjang didirikan. Besarnya cukup untuk menempelkan teks Proklamasi yang terbuat dari marmer. Lempengan marmer putih dengan bingkai semen bila dilihat dari kejauhan seperti cermin. Karena itu tugu tersebut dijuluki “Tugu Kaca Pengilon”, tugu kaca untuk bercermin diri.
Sesederhana apa pun tugu itu tetap merupakan bukti kepedulian para pejuang kemerdekaan untuk memberi penanda zaman. Tidak banyak daerah yang sempat memikirkan dan bisa membuat tugu peringatan seperti itu. Bentuk sederhana bisa jadi untuk mempercepat proses pembuatan agar selesai ketika penyerahan kedaulatan dilaksana pada tanggal 17 Desember 1949. Dan sejarah kembali tercipta di Mojokerto sebab upacara penyerahan mendahului jadwal yang ditetapkan. Mojokerto diserahkan pada tanggal 5 Desember 1949 sehingga menjadi daerah pertama yang diserahterimakan Belanda.
Advertisement