Tuding Suriah Gunakan Senjata Kimia, AS Mendadak Lepas 60 Rudal
Washington: Angkatan perang Amerika Serikat menggempur basis tentara pemerintah Suriah. Ini berlangsung setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara sebagai tindakan tegas atas dugaan serangan senjata kimia di Idlib yang menewaskan 86 orang.
Langkah AS ini juga dilakukan menyusul kegagalan tercapainya resolusi di Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan darurat, Rabu (5/4) lalu. Ini adalah kali pertama serangan militer AS yang ditujukan kepada pemerintah Suriah, dan menjadi keputusan perang pertama Presiden Donald Trump.
Secara mendadak, Sebanyak 60 rudal Tomahawk diluncurkan dari kapal perang negeri Paman Sam yang ada di perairan Laut Tengah, Jumat (7/4) dinihari. Puluhan rudal mematikan tersebut, seperti dilansir AFP, ditujukan ke satu pangkalan udara milik tentara Suriah.
Setidaknya sembilan pesawat tempur, juga amunisi dan tangki bahan bakar hancur akibat puluhan rudal Tomahawk yang menyerbu pangkalan udara Shayrat di Homs. “Dari informasi awal, sembilan pesawat tempur Suriah hancur,” ujar koresponden di lapangan.
Gudang peluru dan tangki bahan bakar juga turut menjadi target serangan, yang memicu ledakan beruntun. “Tapi, tidak semua sistem pertahanan hancur. Masih ada yang selamat dari serangan,” terang koresponden tersebut. Dia menyebut landasan pacu tidak terpengaruh serangan tersebut.
Sementara itu, Moskow mengecam serangan yang diperintahkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kremlin menyebut serbuan itu ‘ceroboh’ dan mengatakan itu sebagai ‘agresi terhadap negara yang berdaulat’ dan mencoreng hukum internasional.
Pejabat pemerintahan AS di Washington DC mengungkapkan, 60 rudal itu ditembakkan sebagai aksi balasan atas serangan gas beracun ke warga sipil di Idlib. Trump dan militer sekutu yang dipimpin AS secara sepihak menuding serangan memakai senjata kimia itu didalangi pemerintah Suriah.
Sementara berdasarkan analisis faktual militer Suriah dan Rusia yang menjadi sekutu Presiden Bashar Al Assad, senjata kimia itu bukan dijatuhkan oleh pesawat-pesawat tempur pemerintah.
“Senjata kimia berupa gas itu berada di sebuah gudang milik kubu pemberontak Suriah. Ketika pesawat tempur Suriah membombardir basis para pemberontak, senjata kimia di gudang itu ikut meledak. Jadi, yang harus bertanggungjawab adalah pemberontak,” terang pejabat militer Rusia, seperti dikutip Al Jazeera.
Serangan militer AS atas tuduhan sebuah negara memunyai dan menggunakan senjata kimia bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, tahun 2003, militer AS secara sepihak menuduh Irak yang ketika itu dipimpin Presiden Saddam Husein memunyai dan menggunakan senjata kimiaBerdasarkan klaim tersebut, AS melancarkan perang agresi di Irak. Kini, klaim Irak dan Saddam Husein memunyai senjata kimia tidak juga bisa dibuktikan. (kuy)
Advertisement