Tubuh dan Ruh, Keluh, Apa Sesungguhnya Terjadi
Kaum sufi dan mereka yang menggemari amalan terdalam dalam ajaran Islam, kerap mencari keteduhan hati dengan hikmah. Hikmah terdapat dari kisah, untaian mutiara dan sajak yang ditulis para pejalan rohani.
Mereka adalah kaum sufi. Sebagaimana kerap disampaikan dalam sajak dan puisi, pengalaman spiritual yang dicatat, sebagimana dilakukan Jalaluddin Rumi, Sufi Agung yang menulis buku puisi Diwan Syamsi Tabriz.
Berikut catatan KH Husein Muhammad, yang menyampaikan renungan dengan larik-larik Sang Sufi Agung itu:
Maulana Rumi bicara indah :
إنك قد رأيت الصورة
ولكنك غفلت عن المعنى .
مع ان الصورة فانية والمعنى باق .
افلا تحب البقاء
(مولانا رومى)
Kau telah melihat kata (tubuh)
Tapi kau melupakan makna (ruh).
Padahal kau tahu tubuh itu fana (hilanglenyap),
Dan ruh hidup dan kekal.
Bukankah kau ingin hidup abadi?
(Rumi).
Keluh
Tiap hari desah, keluh dan curhat berhamburan di dunia maya dan ruang-ruang manusia. Mengapa?, kata mereka. Ibnu Athaillah al Sakandari mengatakan :
لا تَسْتَغْرِبْ وُقوعَ الأَكْدارِ ما دُمْتَ في هذهِ الدّارِ. فإنَّها ما أَبْرَزَتْ إلّا ما هُوَ مُسْتَحِقُّ وَصْفِها وَواجِبُ نَعْتِها.
"Kau tak perlu merasa aneh akan karut-marut kehidupan dunia sepanjang kau masih ada di dalamnya. Memang demikianlah realitas dan sifat kehidupan di muka bumi".
Jadi?.
Ada Apa Sesungguhnya?
Belakangan kita sering membaca dan mendengar ceramah, pidato atau narasi keagamaan yang memberi harapan-harapan yang membahagiakan atau menyembuhkan luka hati atau mengobati nestapa jiwa. Misalnya: "Barangsiapa melakukan ini dan itu", atau barangsiapa membaca ini sekian, maka pasti akan begini atau begitu. Atau jika anda ingin sukses atau cepat dapat pasangan, maka bacalah ini sekian kali setiap pagi, sore dan malam. Dan semacam itu.
Aku tak mengerti kecenderungan ini atau fenomena ini, di sini, di negeri ini.
Demikian catatan KH Husein Muhammad. Semoga bermanfaat.