Biaya Rawat Mahal, Banyak Anjing di Jakarta Butuh Orang Tua Asuh
Lapangan terbuka di bawah jembatan Semanggi, Jakarta pada hari Minggu biasanya rame dan menjadi tempat berkumpulnya komunitas penggemar anjing.
Mereka berbagi pengalaman sambil mememerkan tingkah laku dan kelucuan hewan kesayangannya dari berbagai jenis yang tergolong mahal. Ada jenis
Pudel, Maltese, Chihua- Hua, Pomeranian, Chou dan masih banyak lagi.
Tapi dalam beberapa pekan terakhir lapangan ini sepi, tidak terlihat lagi anjing berlarian sambil pamer kepintaran.
Ngopibareng.id mendapat kabar yang cukup mengagetkan. Akibat tekenan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 sejumlah penggemar anjing angkat tangan.
Tidak mampu lagi merawat dan memberi makan hewan kesayangannya itu dengan layak. Daripada anjingnya tersiksa, ada yang terpaksa menjual atau mencarikan "orang tua asuh" bagi anjingnya supaya tetap hidup senang.
Tapi ada pemelihara anjing yang dinilai tidak bijak dalam membuat keputusan menghadapi kesulitan seperti itu. Mereka tega membuang anjingnya di jalan tol atau ditinggal begitu saja di tempat yang sepi.
Seorang dokter hewan, Sekretaris komunitas 'Dog Lover' Liang Kaspe, menceritakan kalau sering melihat dan menerima laporan ada orang yang membuang anjing di jalan tol karena tidak sanggup memberi makan.
"Asal tahu ya biaya pemeliharaan anjing trah itu lebih mahal dari biaya hidup tuannya," kata Liang Kaspe dengan nada bercanda.
Sebab itu, ia menyarankan kalau ingin memelihara anjing, pikirkan dulu konskuensinya. Sebab memelihara anjing itu harus kontrak mati. "Artinya, jangan disayang hanya waktu masih lucu, kemudian setelah bosan dibuang, jangan seperti itu," kata Liang.
Dokter hewan lulusan Universitas Airlangga Surabaya tahun 1981 ini mengaku di tengah pandemi Covid-19 sering mendengar keluhan dan dimintai tolong oleh temannya untuk mencarikan orang tua asuh bagi anjing kesayangannya, dengan alasan tidak sanggup membiayai hidupnya.
Anjing yang dicarikan orang tua asuh, rata rata berkelas dan harganya cukup mahal, mulai Rp5 juta sampai Rp25 jutaan.
Meskipun diberikan secara cuma-cuma, jarang yang mau menerima karena biaya perawatannya cukup tinggi.
"Biaya perawatan seekor anjing, setiap bulannya mencapai Rp5 juta bahkan bisa lebih, tergantung jenis anjing dan cara perawatannya. Semakin berkelas semakin besar biaya perawatannya," katanya.
Ia mengambil contoh harga makanan anjing (Dog food) impor dalam kemasan beratnya 9 kilo gram harganya Rp900.000 sampai Rp1 juta, hanya cukup sembilan hari untuk anjing dewasa.
Ditambah daging segar 0,25 kg/ hari dan vitamin /suplemen harganya Rp250 ribu/ bulan. Pemeliharaan bulu atau gruming Rp 300 ribu. Sampo keramas Rp300 ribu.
"Penting dibawa ke salon supaya bulunya tumbuh dengan baik, tidak rontok dan kinclong," ujar Liang.
Selain itu secara berkala harus dibawa ke dokter untuk cek up. Sedang anjing supaya pintar, tentu dibutuhkan pelatih, dan untuk mendatangkan pelatih tersebut biayanya pun cukup mahal, sekitar Rp2 jutaan/ bulan.
Ditambah lagi biaya perawatan kandang/kebersihan Rp 250/bulan. Lebih baik lagi kalau dilengkapi dengan alat pendingin, supaya lebih nyaman. "Ini kalkulasi biaya perawatan untuk seekor anjing dalam skala sedang," kata Liang.
Ia memahami kalau ada yang kesulitan merawat anjingnya dengan benar. Anjing oleh Liang dinilai memiliki karakter yang berbeda dengan hewan peliharaan lainnya. Tidak cukup diberi makan tapi ia juga butuh perhatian dan kasih sayang dari tuannya.
"Kalau anjing dipelihara asal-asalan bisa mengakibatkan depresi dan galak," ujarnya.
Sebaliknya kalau dipelihara dengan benar, penuh kasih sayang anjing bisa menjadi teman setia yang lucu dan menggemaskan.
Liang kemudian bercerita tentang lima ekor anjingnya jenis Vox Terrie. Karena begitu dekat ikatan batin dua mahluk Tuhan yang berbeda ini seakan
tidak mau berpisah, selalu ingin dekat dengan dirinya.
Kalau ditinggal pergi jauh tampak gelisah, tidak mau tidur. Baru tenang setelah diperdengarkan suaranya melelalui gawai yang ditempelkan di telinganya.
"Saya kalau di luar kota, menyempatkan menelponnya. Kalau tidak, orang rumah yang teriak-teriak bilang "anak asuhnya" nggak bisa tidur minta ditelpon," kata perempuan penggemar binatang buas tersebut.
Kecintaannya pada binatang buat seperti harimau, singa, kuda, anjing dan reptil, dimulai sejak masih kecil. Itu yang mengilhami dirinya bercita-cita menjadi dokter hewan.
Setelah lulus sebagai dokter hewan tahun 1981, Liang Kaspe bekerja di Kebun Binatang Surabaya ( KBS ). Asik katanya, bekerja di KBS, bisa berteman dengan berbagi jenis hewan koleksi KBS.
"Pengalaman di KBS saya pernah diserang Ringgo, seekor singa yang saya rawat sejak kecil, sampai lengan saya patah," kata dokter hewan yang tinggal di Jl Musi Surabaya tersebut.
Tapi kejadian itu tidak membuatnya kapok, justru hubungan dengan singa yang menyakitinya itu semakin mesra.
"Waktu itu saya tinggal merawat hewan yang lain yang sedang dikarantina. Kalau manusia ibaratnya cemburu kali," katanya sambil tertawa.
Perempuan penggemar kuda ini pensiun dari KBS setelah mengabadikan dirinya sebagai dokter hewan di KBS selama 33 tahun. Tapi bukan berarti tidak berteman dengan hewan lagi.
Ia tetap menjadi anggota Perkumpulan Kinogi Indonesia (Perkin) dan sebagai sekretaris 'Dog Lover', yang beranggotakan 2000-an orang dalam dan luar negeri.
Ini merupakan media para penggemar anjing trah untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman bagai mana cara merawat anjing dan menjadi orang tua asuhnya yang baik.
Liang memilih anjing jenis Vox Terrier karena perawatannya mudah dan murah. Bulunya pendek, sehingga tidak perlu ke salon, dan kalau sakit dirawat sendiri.
"Not every person knows how to love a dog, but every dog knows how to love a person. Tidak semua orang tahu bagaimana caranya mencintai seekor anjing, tapi setiap anjing tahu bagaimana caranya mencintai seseorang," katanya.
Advertisement