Trump Presiden, Imigrasi AS Lebih Ramah
BANYAK yang khawatir ketika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS menggantikan Barrack Obama. Masuk ke AS akan makin sulit terutama bagi pelancong dari negara Muslim seperti Indonesia. Benarkah demikian? Berikut catatan Tofan Mahdi, Juru Bicara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan salah satu eksekutif di PT Astra Agro Lestari Tbk yang sedang menjalankan tugas diplomasi sawit di Amerika Serikat untuk ngopibareng.id :
MAS Arif Afandi, mantan bos saya saat masih menjadi wartawan, tiba-tiba mengirim WA. "Tofan, ngopiboreng.id juga kirimi rilismu dari Amerika ya. Kalau bisa tiap hari. Kami tulis Laporan dari New York."
Hmmm, pastinya susah menolak permintaan wakil walikota Surabaya periode 2005-2010 ini. Kalau cuman saya kirim rilis GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) tempat saya sekarang mengabdi, gak beda dong nanti dengan media lainnya. Lagian, ngopibareng.id lebih pas untuk tulisan yang renyah dan tidak terlalu berat. Apalagi isu kelapa sawit, rasanya tidak pas di ngopibareng.id.
Akhirnya, di tengah padatnya kesibukan saya di New York ini, saya buatkan tulisan khusus berseri buat ngopibareng.id.
Karena kunjungan ke AS, yang paling menarik tentu membahas bagaimana sih Amerika setelah dipimpin Trump. Apalagi Trump sempat diberitakan akan mengeluarkan executive order yang akan mengusir imigran Muslim dan membatasi masuknya pelancong dari negara dengan penduduk Muslim besar seperti Indonesia.
"Saya pasrah aja Mas, meski sudah pernah ke AS, gak yakin sekarang bisa dapat visa," kata saya kepada seorang rekan yang kebetulan akan dinas bersama ke AS.
Teman saya yang telah beberapa kali AS itu, juga mengaku tidak tahu bagaimana kebijakan imigrasi Amerika saat ini. "Apalagi nama kita sama-sama bernuansa Timur Tengah: Mahdi dan Hasan." Kami pun tertawa.
Ingatan pun kembali ke tahun 2004. "Hallo, sudah diberitahu kalau Mas Tofan yang akan berangkat ke Amerika," tanya Esty Durahsanti, staf Konsulat Jenderal AS di Surabaya melalui sambungan telepon.
Meski belum diberitahu sebelumnya, kabar ditugaskan ke Amerika ini sungguh membuat hati gembira. Melonjak kegirangan. Sampai lupa kalau saat itu lagi periksa ke rumah sakit karena sedang tidak enak badan. "Aku ke Amerika, Ma." Saya peluk istri dan anak lanang yang saat itu masih berusia 4 tahun.
Saat itu Mas Arif Afandi yang menjadi Pemimpin Redaksi Jawa Pos memilih saya mengikuti program International Visitor yang diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (US Department of State). Lumayan kunjungan satu bulan sambil menambah ilmu tentang pemilu dari sejumlah kampus di Amerika.
Tidak ada isu visa saat itu. Saya pede banget bisa dapat visa Amerika. Apalagi, saya adalah wartawan dan mendapat undangan langsung dari pemerintah AS. Singkat cerita, visa di tangan dan sekira akhir Oktober hingga akhir November saya pun berada di AS, tepatnya di Washington DC, Pittsburgh, dan Los Angeles California. (bersambung)
Advertisement