Trump dan Rasialisme Mentalitas Pendukungnya
Presiden AS Donald Trump dalam debat kampanye Presiden, menolak untuk mencela doktrin politik “WHITE MAN’S BURDEN” yang mendorong bangsa Eropa Kulit Putih untuk mengkoloni /menjajah negara yang dihuni orang kulit berwarna. Kata-kata itu berasal dari sajak yang dikarang oleh Rudyard Kipling ketika Amerika Serikat mulai menjajah Filipina.
Bangsa kulit putih mengartikannya sebagai kewajiban (beban) yang harus ditanggung Kulit Putih untuk membudayakan kulit berwarna. Trump menolak untuk menyangkal doktrin tersebut, karena dia percaya hal itu benar. Padahal, makna sebenarnya adalah rasialisme, merendahkan ras atau bangsa lain.
Bandingkan dengan surat Al Hujarat ayat 13 : yang pada intinya manusia atau bangsa mempunyai kedudukan yang sama di mata Alllah dan yang membedakan adalah “takwanya“. Kalau Trump terpilih kembali sebagai presiden berarti “rasialisme“ adalah mentalitas para pendukungnya.
Bandingkan dengan Sila Kedua Pancasila: “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab“. Susunan kalimat yang indah itu sesuai dengan makna surat Al-Hujarat tersebut, bangsa Indonesia bukan bangsa Rasialis, suatu bangsa yang tolerans.
Bijak benar para pendiri bangsa ini.
Dr KH As'ad Said Ali
(Pengamat Sosial dan Politik, tinggal di Jakarta)
*) Dipetik dari "Catatan Sebelum Subuh" akun facebook As'ad Said Ali
Advertisement