Trump dan Domestikasi Politik Dunia Amerika
Dunia sejatinya ikut bergembira dengan munculnya sosok Donald Trump sebagai penguasa Amerika. Dalam sejarah politik Amerika, Donald Trump tercatat sebagai presiden ke-45 yang dinilai paling "gila" karena tidak menguntungkan bagi Amerika secara keseluruhan.
Tampilnya Donald Trump memang sangat mengejutkan banyak pihak. Sosoknya dikenal kontroversial. Selama kampanye Pilpres AS, minimal ada tujuh kebijakan Donald Trump yang dinilai rada 'gila'.
Kebijakan itu memicu kemarahan di seluruh dunia dan tak berharap Trump terpilih. Namun apa lacur, sosok tak diinginkan itu justru berhasil jadi pemimpin di negara paling kuat di dunia. Trump terbilang presiden Amerika yang paling miopik melihat Amerika dalam pentas politik dunia. Betapa tidak, tagline kampanye, "American First" itu jelas hanya memikirkan Amerika belaka. Dan, itu jelas pula bahwa otak bawah sadar nya sangat tak pantas menjadi pemimpin untuk negara besar macam Amerika. Mungkin ia lebih bodoh dari Gerald Ford yang hanya berkuasa selama tiga tahun saja.
Mari kita lihat apa saja kebijakan Trump yang kemudian membuat Amerika sedang melakukan spesifikasi kebijakan politiknya atas dunia yang dikuasainya selama puluhan tahun bahkan ratusan tahun itu.
Saya mencatat sedikitnya ada 8 kebijakan Trump yang kontroversial itu. Pertama, Melarang Muslim Masuk Amerika Serikat.
Saat kampanye Trump bersumpah untuk melarang semua Muslim memasuki Amerika Serikat.
Tentu saja rencana ini mengundang kecaman luas dari partainya sendiri. Mike Pence , Cawapres Trump, misalnya menyebutnya sebagai tindakan "ofensif dan tidak konstitusional". Mike Pence pun kala itu babak belur melakukan klarifikasi bahwa Trump tidak ingin menerapkan larangan tersebut.
Kedua, Perang dagang dengan China. Salah satu tindakan pertama Trump sebagai Presiden adalah perang dagang dengan China. Trump melakukan itu sebagai respon gegabah atas hilangnya pekerjaan manufaktur di Amerika. Donald mengancam akan mengenakan biaya mahal pada impor China dan Meksiko. Padahal pada saat yang sama Amerika membeli lebih banyak dari Cina daripada yang harus mereka jual.
Trump mengira bahwa pajak dari 45% pada barang-barang China akan menaikkan miliaran dolar dan membawa pekerjaan manufaktur kembali ke Amerika.Tapi faktanya tidak, bukan?
Padahal, para ahli Amerika telah memperingatkan bahwa pajak yang terjal, atau tarif, akan menyebabkan lonjakan harga bahan pokok.
Beberapa memprediksi bahwa China akan membalas, pajak barang-barang Amerika dan memicu perang dagang semua terkonfirmasi. Sebuah perseteruan antara dua ekonomi terbesar di dunia bisa memiliki konsekuensi ekonomi yang menghancurkan seluruh dunia.
Ketiga, Trump yang keras kepala itu malah membangun dinding pembatas AS-Meksiko. Lelaki kaya raya penggemar cewek-cewek cantik ini akan membangun dinding pembatas di sepanjang perbatasan AS-Meksiko, sekira 1.900 mil. Tinggi dinding pembatas sekira 35 sampai 50 kaki. Konon kabarnya hanya untuk menghentikan aliran imigran gelap dari Meksiko.
Keempat, Trump justru menghapus Obamacare. Trump mengatakan bahwa ia akan menghapuskan Undang-Undang Perawatan Terjangkau, yang dikenal dengan Obamacare. Lalu penggantinya? Sebagai gantinya, Trump ingin peran yang lebih besar untuk penghematan bebas pajak dalam membayar asuransi kesehatan.
Obamacare tersedia jutaan orang Amerika dengan asuransi kesehatan yang terjangkau, tetapi sangat tidak populer di kalangan konservatif, yang melihatnya sebagai campur tangan pemerintah dalam pasar bebas. Padahal Obamacare dinilai telah mendorong biaya perawatan, memaksa orang untuk membeli asuransi kesehatan dan menyebabkan penjatahan perawatan.
Kelima, Trump melarang penggunaan dana Federal untuk membayar praktik aborsi.
Saat itu Trump turut fokus pada isu aborsi. Trump menilai harus ada semacam hukuman bagi perempuan yang melakukan aborsi. Dasar plin plan, dua hari kemudian, dia mengubah pandangannya. Lewat Mike Pence menegaskan, Trump ingin secara permanen melarang penggunaan dana federal untuk membayar aborsi, kecuali dalam kasus-kasus inses atau pemerkosaan, atau untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Keenam adalah perkara status kepemilikan senjata. Trump enggan membatasi kepemilikan senjata, dan telah bersumpah untuk mencalonkan hakim Mahkamah Agung yang akan membela hak-hak kepemilikan senjata. Banyak politisi Partai Republik yang sangat mendukung membela Amandemen Kedua, yang menjamin hak Amerika untuk "menjaga dan memiliki senjata." Namun saat itu di kubu Kandidat Partai Republik menentang larangan penggunaan senjata untuk perang, dan telah menerima dukungan dari National Rifle Association.
Dia menyalahkan penembakan massal, seperti pembunuhan bermotif rasial di Charleston, Carolina Selatan.
Namun, Trump telah menyerukan larangan penjualan senjata ke orang-orang teroris sesuai kebijakan yang ditentang oleh National Rifle Association.
Atas dasar itulah maka Trump sejatinya susah bisa dikatakan bahwa dirinya telah mendomestikasi politik Amerika yang sangat ekspansif itu menjadi kerdil dan selfish. Apakah itu yang dia maksud dengan American First? Saya agak curiga juga dengan tagline American First itu.
Jangan-jangan itu juga pesanan Rusia agar Trump lebih fokus pada urusan domestik Amerika, dan lupa bahwa Amerika telah jauh mendominasi dunia. Jika itu yang terjadi maka wajar jika kelas menengah atas Amerika marah besar pada Trump yang ugal-ugalan itu.
Melihat dinamika politik Amerika pekan ini, dan mungkin pekan-pekan depan yang kian membara , saya pribadi makin percaya pada analisis Charles M Blow, seorang kolumnis The New York Time bahwa Trump sejatinya pria aneh yang hanya akan memberi tiket Amerika ke neraka. Wallahu'a'lam.
Fathorrahman Fadli
(Direktur Eksekutif Indonesia Development Research/IDR, Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang)