Tren ASI Bubuk, Hilang Bonding Antara Ibu dan Bayi
Di media sosial TikTok terlebih yang seliweran di for your page (FYP) para ibu tengah ramai soal air susu ibu (ASI) bubuk. Tren pembahasan ASI jadi bubuk di media sosial dimulai setelah pemilik akun @natasha.surya membagikan pengalamannya dalam membubukkan ASI.
Natasha menjelaskan, pembubukan ASI tidak bisa dilakukan secara mandiri di rumah karena memerlukan peralatan khusus yang hanya dimiliki oleh perusahaan pembubuk ASI.
Prosesnya dimulai dengan pengiriman ASI dalam kondisi beku ke perusahaan menggunakan kotak pendingin. Jumlah ASI yang dikirimkan adalah satu liter.
Setelah satu hingga dua pekan, ASI tersebut dikirim kembali ke kediaman Natasha dalam bentuk bubuk. Bubuk ASI dikemas dalam 20 sachet dengan masing-masing berisi lima gram, yang jika dicairkan setara dengan 45 mililiter ASI cair.
Dia juga menambahkan bahwa saat membuka paket, wangi dari bubuk ASI terasa seperti keju parmesan.
"Nah, keuntungan utamanya, dia bisa tahan sampai tiga tahun. Untuk aku pribadi aku akan pakai ASI ini sebagai tambahan di makanan atau minuman sebagai nutrisi tambahan, karena ASI antibodinya oke banget," jelasnya sambil mencicipi larutan ASI bubuknya.
Proses Pembubukan ASI Beku
ASI dibekukan pada suhu ekstrem -50 C selama 3 sampai 5 jam, kemudian mengubah ASI beku menjadi susu bubuk menggunakan teknik sublimasi, yaitu transisi ekstraksi air selama dua hari langsung dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair.
ASI Bubuk Diklaim Awet
Metode pengeringan beku atau lyophilization bertujuan memperpanjang masa simpan ASI, dari umumnya enam bulan di dalam freezer menjadi 3 tahun di freezer.
Selain itu, metode pengeringan beku juga untuk penghematan ruang penyimpanan ASI, kenyamanan untuk ibu yang sering bepergian dan ingin terus memberikan ASI di luar masa cuti melahirkan.
Respons IDAI soal ASI Bubuk
Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Naomi Esthernita Fauzia Dewanto mengatakan, proses pengeringan memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.
“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” jelasnya berdasarkan keterangan pers.
Satgas ASI IDAI juga memperingatkan kepada semua pihak agar tidak gegabah mempromosikan atau memberikan ASI bubuk kepada bayi, apalagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.
“Menyusui dan memerah ASI untuk bayi mungkin terasa melelahkan, dan dapat dimengerti bila ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayi tetap memperoleh ASI. Menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orangtua-anak. Menyusui bukan sekadar memberikan ASI,” pesan Naomi.
Perlu diingat juga menyusui tidak sama dengan sekadar memberi makan. Namun, ada ikatan antara ibu dan anak. Jika ASI sudah dikemas praktis jadi bubuk, maka hilanglah bonding ibu dan bayi!