Treatment Terbaik Terus Dieksplor untuk Destinasi TNBB
Optimalisasi dilakukan di dalam kawasan ekowisata Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Selain kelestarian konservasi, support juga diberikan bagi Sumber Daya Manusia (SDM). Keseimbangan ini diharapkan memunculkan fungsi kawasan secara ekonomi.
Treatment terbaik terus diberlakukan bagi destinasi TNBB. Kali ini program Bimtek Strategi Pemasaran Kawasan Ekowisata TNBB yang digulirkan. Bimtek ini diharapkan menciptakan keseimbangan segitiga ekologis. Ada kelestarian, SDM, dan menguatnya value ekonomi. Program Kemenpar ini digelar pada Kamis 15 November. Lokasinya di Hotel Jimbarwana, Jembrana, Bali.
“Program Bimtek selalu penting dilakukan. Sebab, ini kesempatan sharing dari berbagai latar belakang untuk tujuan optimalisasi sebuah kawasan. Secara profil, TNBB ini sangat potensial dikembangkan. Dan, di situ ada aspek konservasi yang besar,” ungkap Plt Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani.
Berada di sisi barat Pulau Dewata, TNBB menyimpan potensi sumber daya wisata yang tinggi. Kawasan ini memiliki ekosistem monsoon forest, kekayaan biota laut, hingga keberagaman flora juga faunanya. Di sini merupakan habitat asli dan terakhir Burung Jalak Bali (Leucopsar Rotschildi). Pengelolaan TNBB ini juga memakai zonasi penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
“Dari banyak aspek, potensi yang dimiliki TNBB ini sangat lengkap. Kawasan ini sangat menarik sebagai destinasi wisata. Keberadaan situs Jalak Bali di situ merupakan nilai jual yang tinggi. Jadi, keberadaan dari program Bimtek ini untuk mengotimalkan semuanya,” terangnya.
Membidik keseimbangan semua aspek, tema ‘Bimtek Strategi Pemasaran Kawasan Ekowisata TNBB terkait Optimalisasi Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi di Bidang Wisata Alam’ digulirkan. Sedikitnya ada beberapa narasumber yang disiapkan. Ada Tim Calendar of Event (COE) Kementerian Pariwisata, Putu Ngurah.
Hadir juga Direktur PJLHK, DitJen KSDAE, KLHK, Widada. Widada menyoroti kebijakan koservasi SDA hayati dan ekosistemnya. Selain itu, disajikan juga materi aspek legal dan administrasi dari pengelolaan kawasan konservasi. Beragam potensi kawasan ini akan disampaikan oleh Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Jembrana, Ali Purwanto. Lalu, pemateri lainnya Tenaga Ahli Bidang Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi, Soewartono, serta moderator dari Ketua TPP Ekowisata Kemenpar, David Makes.
“Bimtek akan mengupas TNBB dari berbagai aspek. Tujuannya untuk memunculkan kesepahaman dari berbagai stakeholder yang ada di kawasan TNBB. Selain itu, diharapkan juga berbagai persoalan yang muncul di TNBB bisa diurai bersama. Hingga ke depannya, TNBB ini akan semakin lestari dan memberi manfaat ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat,” tegas Giri Adnyani lagi.
Menjadi media komunikasi antar stakeholder terbaik, Bimtek ini akan dihadiri 60 peserta. Mereka pun berasal dari berbagai latar belakang. Selain Kemenpar, ada perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bergabung juga unsur pemerintahan di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng. Lainnya, ada NGO/Lembaga Swadaya Masyarakat, Asosiasi, Swasta, dan Media.
“Ada beragam latar belakang peserta yang dilibatkan. Setelah pemaparan, diharapkan ada proses diskusi yang baik. Jadi, beragam persoalan yang ada di TNBB bisa dicarikan solusi bersama. Lalu, potensi yang ada di TNBB bisa terus didorong untuk lebih dikembangkan,” tutur Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauziyani.
Penyelenggaraan Bimtek Strategi Pemasaran Kawasan Ekowisata TNBB pun mendapat restu penuh dari Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menteri yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan menjadi #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok berharap, kawasan TNBB bisa dipotimalkan dan menghidupkan industri pariwisata di area Bali Barat.
“Kawasan Bali Barat ini dekat dengan destinasi Banyuwangi. Sudah jadi keharusan kalau optimalisasi harus dilakukan di TNBB. Meski didorong untuk menghasilkan manfaat ekonomi, diharapkan kegiatan ini tidak mengganggu keseimbangan konservasi di sana,” tutupnya. (*)