Trauma Tertular Covid-19 itu Membekas Sampai Kapan?
Adzan salat Jumat sudah berkumandang, namun Muhammad Zaini masih tak beranjak dari rumahnya. Dia malah memutuskan untuk tak melaksanakan salat Jumat di masjid. Dia lebih memilih menggantinya dengan menjalankan salat dzuhur di rumah saja. Bukan menjalankan alat jemaah di masjid.
Kebiasaan tak menjalankan salat berjemaah di masjid ini tak hanya untuk salat Jumat saja. Namun semua salat lima waktu yang wajib dijalankan oleh umat Islam. Padahal, pria paruh baya ini sebelumnya termasuk pria yang rajin menjalankan salat lima waktu secara berjemaah di masjid. Bahkan, dia juga dikenal orang pertama yang membuka masjid di saat salat subuh.
Namun, semua kebiasaan itu kini telah jarang ia lakukan. Entah sampai kapan.
“Masih belum berani salat di masjid. Takut tertular virus Corona,” kata Zaini suatu saat.
Ya, Zaini memang salah satu dari ribuan orang penyintas Covid-19. Dia sekitar awal puasa yang lalu dia sempat menjalani isolasi mandiri di salah satu hotel di Surabaya, yang kemudian dilanjutkan di Asrama Haji.
Dia memang masih trauma tertular virus Covid-19. Bukan sakitnya yang membuat ia menjadi trauma terhadap Covid-19, namun saat menjalani isolasi yang membuat ia menjadi trauma. Saat Banyak situasi yang tak nyaman yang membuat ia enggan jika harus menjalani isolasi lagi.
Maklum pada saat dia tertular Covid-19 masih anget-angetnya pandemi. Penyediaan fasilitas untuk isolasi belum serapi seperti sekarang. Pantas saja dia kemudian merasa trauma jika harus menjalani isolasi lagi.
Selain trauma karena tak nyaman saat menjalani isolasi, dia mulai berpikir harus menjaga diri. Apalagi dia mempunyai keluhan pada pernafasan dan gangguan di organ jantungnya. Dia berpikir, jika sampai tertular untuk kedua kalinya, bisa jadi situasinya akan berbeda.
Saat tertular kemarin, dia memang berstatus sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG). Sekilas tampak sehat, tapi sebenarnya membawa virus.
Zaini memang pantas untuk khawatir berinteraksi dengan orang sekitar rumahnya. Wilayah sekitar rumahnya, dulu dikenal sebagai zona hitamnya Surabaya. Ada belasan orang yang tertular Covid-19. Apalagi rumah Zaini berdekatan hanya 10 meter dari pasar yang dikelola oleh warga.
Sayangnya, pernah meski pernah menjadi zona hitam, namun belum semua warga sadar di wilayah ini taat menerapkan 3M yaitu Menjaga jarak, Memakai masker dan Mencuci tangan. Pantas saja jika Zaini masih trauma dan khawatir. Sampai kapan?
Advertisement