Ini Peran Orang Tua pada Anak Korban Kekerasan Seksual
Trauma akibat kekerasan seksual pada anak akan berimbas pada psikis anak tersebut. Orang tua diminta aktif memberikan ketenangan pada korban sedini mungkin.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terdapat 17 kasus kekerasan seksual pada anak dengan 89 korban, sepanjang Januari hingga Oktober 2019. Korban terdiri dari 55 perempuan dan 34 laki-laki.
Menurut dr. Yunias Setiawati, Sp.KJ (K) spesialis kesehatan jiwa, trauma yang tidak tertangani akan mengenang di otak.
"Trauma di fisik dan emosional yang menyebabkan fungsi otaknya tidak berkembang. Karena area otak depan yang digunakan untuk berpikir kreatif mengalami trauma akibat kekerasan seksual. Sementara fungsi otak bagian bekakang (emosi dan cemas) cenderung akan meningkat," ungkap dokter RSUD Dr.Soetomo ini.
Selain kerusakan pada otak, ujar Yunias, trauma kekerasan seksual yang tidak tertangani akan menyebabkan anak tidak berkembang dengan baik. Seperti menarik diri dari pergaulan, takut bertemu orang, atau pun tidak percaya diri.
"Bila trauma tersebut tak tertangani dengan baik, kelak ketika remaja bisa sampai melakukan hal yang sama seperti apa yang didapatkan waktu dulu. Jadi dia membalasnya atau bahkan bisa jadi pelaku," jelas Yunias.
Maka dari itu, Yunias menyampaikan, penting menyembuhkan trauma korban kekerasan seksual apalagi anak. Penting juga untuk membawanya ke psikiater atau psikolog agar mendapat pendampingan penyembuhan trauma.
"Selain pendampingan, peran orang tua juga akan membantu menyembuhan trauma anak tersebut,"katanya.
Yunias mengimbau, ketika orang tua mengetahui anaknya menjadi korban kekerasan seksual, jangan dimarahi, namun harus ditenangkan. Sebab, kondisi anak saat itu sedang trauma, sehingga harus ditenangkan bukan malah menambah traumanya.
"Jadi penting bagi korban kekerasan seksual untuk mendapatkan penanganan dan penyembuhan traumanya," ucapnya.
Selain itu, Yunias juga menyampaikan pentingnya pengarahan dari orang tua, ketika anak mulai mengeksplorasi tubuh mereka.
"Misalnya anak laki-laki sering mengesek gesekan alat kelaminya ke ibunya. Nah, di sini jangan dimarahi tapi diarahkan dan dijelaskan tentang organ-organ seksual antara laki-laki dan wanita," tutup Yunias.
"Bila trauma tersebut tak tergani dengan baik. Kelak ketika remaja bisa sampai melakukan hal yang sama seperti apa yang di dapatkan waktu dulu. Jadi dia membalasnya atau bahkan bisa jadi pelaku," jelas Yunias.
Maka dari itu, Yunias menyampaikan, penting menyembuhkan trauma korban kekerasan seksual apalagi anak. Penting juga untuk membawanya ke psikiater atau psikolog agar mendapat pendampingan penyembuhan trauma.
"Selain pendampingan, peran orang tua juga akan membantu menyembuhan trauma anak tersebut,"katanya.
Yunias menghimbau, ketika orang tua mengetahui anaknya menjadi korban kekerasan seksual, jangan di marahi tapi ditenangkan. Sebab, kondisi anak saat itu sedang trauma jadi harus ditenangkan bukan malah menambah traumanya.
"Jadi penting bagi korban kekerasan seksual untuk mendapatkan penanganan dan penyembuhan traumanya," ucapnya.
Selain itu, Yunias juga menyampaikan bahwa ada beberapa tanda yang bisa orang tua kenali sejak dini ketika anaknya pengalami penyimpangan seksual.
"Misalnya anak laki-laki sering mengesek gesekan alat kelaminya ke ibunya. Nah, disini jangan dimarahi tapi diarahkan dan dijelaskan tentang organ-organ seksual antara laki-laki dan wanita," tutup Yunias.
Advertisement