Trasify Solusi Pengelolaan Sampah Inovasi Mahasiswa UB
Mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, merancang tempat sampah inovatif yang mampu secara otomatis mengklasifikasikan sampah berdasarkan jenisnya.
Tempat sampah tersebut dinamakan Trasify, dengan tim yang beranggotakan Dandy Fajar Mahendra dari Fakultas Teknik (FT), Muhammad Wildan Oktavian dari Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) dan Wiken Cahyo Pambudi dari Fakultas Teknik (FT).
Tempat sampah Trasify ini berbasis teknologi Internet of Things (IoT) yang dikombinasikan dengan teknologi image processing dan Artificial Intelligence (AI).
Salah satu anggota tim Trasify, Muhammad Wildan Oktavian mengatakan
dengan teknologi tersebut trasify dapat mendeteksi jenis sampah organik, anorganik maupun logam secara otomatis dalam waktu singkat di wadah yang sama.
Selain itu menurut Wildan, produk Trasify juga ramah lingkungan karena energi yang digunakan berasal dari panel surya 5V.
"Penerapan Trasify ini dirancang sesuai dengan konsep kota cerdas yaitu adanya data yang bersifat publik dan real time yang dimanfaatkan untuk keperluan warga kota dan pemerintah," ujarnya dalam rilis resmi yang diterima oleh ngopibareng.id, pada Senin 4 November 2019.
Oleh karena itu, kata Wildan, Trasify dilengkapi fitur tambahan untuk publik sebagai pembuang sampah dan bagi petugas kebersihan. Bagi pembuang sampah, Trasify dibuat mampu menerapkan fitur reward.
Dengan fitur ini maka pembuang sampah akan diberikan reward berupa saldo e-money pada kartu RFID khusus yang dapat digunakan sebagai tiket penggunaan bus kota bagi masyarakat yang mendukung gerakan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
"Sementara itu bagi petugas kebersihan, Trasify memiliki fitur pendeteksi lokasi tempat sampah. Dengan fitur ini maka petugas kebersihan dapat dengan mudah memonitoring titik lokasi keberadaan tempat sampah trasify dan juga bisa mendapat notifikasi jika Trasify tersebut sudah penuh," terangnya.
Adapun komponen alat tersebut Wildan menjalankan terdiri dari motor yang berfungsi untuk memilah sampah organik, anorganik dan logam.
"Lalu ada mikrokontroler sebagai otak untuk mengatur input dan output, terakhir ada kamera untuk membaca input sampah untuk diteruskan kepada motor," jelasnya.
Pembuatan Trasify ini tutur Wildan, dilatarbelakangi oleh peningkatan jumlah penduduk yang pesat sehingga memicu peningkatan kuantitas sampah yang dihasilkan suatu wilayah.
Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang menamakan dirinya Tim TroubleSolver membuat sebuah teknologi yang diberinama Trash Classifying atau disingkat Trasify.