Transportasi sebagai Penyumpang Tertinggi Pencemaran di Jakarta
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memastikan upaya pemerintah menekan angka polusi udara di Indonesia termasuk DKI Jakarta dan sekitarnya terus dilakukan.
“Berbagai solusi mitigasi untuk mengurangi munculnya emisi ini di antaranya dilakukan melalui peningkatan kesadaran uji emisi kendaraan, hingga mendorong penggunaan kendaran listrik,” ujar Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro, dikutip di laman menlhk Kamis 17 Agustus 2023.
Sigit menjelaskan, berdasarkan hasil inventarisasi dari beberapa kajian, sumber pencemar udara DKI didominasi sumber pencemar lokal. Selain itu, penyebab pencemaran udara DKI ditengarai berasal dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil.
“Untuk DKI Jakarta, berdasarkan beberapa kajian, maka peluang terbesar untuk memperbaiki kualitas udara adalah kalau kita menyentuh dari sektor transportasi,” ujar Sigit.
Dalam paparannya, Sigit menjelaskan sektor transportasi menjadi penyumbang 44% sumber pencemar, diikuti sektor industri 31%, manufaktur 10%, perumahan 14% dan komersial 1%. Karena sektor transportasi mendominasi, maka keterlibatan, dan partisipasi masyarakat dalam perbaikan kualitas udara merupakan hal yang mutlak.
Menurut Sigit, kajian ahli yaitu Prof. Puji Lestari Ph.D, terdapat beberapa rekomendasi memperbaiki kualitas udara. Studi dilakukan untuk seluruh wilayah Indonesia, namun fokus utamanya adalah di Jawa karena memiliki potensi tinggi pencemaran udara.
"Kebijakan paling direkomendasi utamanya di bidang transportasi, disusul mengawasi industri dengan memasang alat kontrol emisi yang lebih baik, dan mendorong efisiensi energi," paparnya.
Khusus untuk Jakarta, terdapat studi lebih detail dilakukan lembaga Vital Strategies yang menghasilkan delapan rekomendasi yaitu: (1) Pengadaan kendaraan operasional listrik; (2) Pengetatan standar emisi transportasi umum menjadi EURO4; (3) Pengadaan bus listrik untuk Transjakarta non-mikro; (4) Uji emisi berkala (target EURO2); (5) Peralihan ke angkutan umum; (6) Konversi ke kompor listrik; (7) Pengendalian debu konstruksi; dan (8) Pelarangan pembakaran sampah terbuka.
Menurut Sigit hal ini sudah dikerjakan seperti PJ. Gubernur yang berkomitmen akan menambah 100 kendaraan transjakarta elektrik. Untuk jangka pendek ini adalah uji emisi berkala yang menjadi potensi besar mengurangi emisi dari kendaraan sesuai baku mutu.
Namun, Sigit menegaskan uji emisi bertujuan untuk membuat baku mutu emisi yang keluar dari kendaraan bermotor dapat sesuai dengan yang telah ditentukan. Dirinya juga meminta jangan hanya kendaraan yang teregistrasi di Jakarta saja yang dilakukan uji emisi, namun juga kendaraan yang dari kawasan Jabodetabek.
Terkait framing Jakarta kota terpolusi di dunia, Sigit menegaskan hal itu tidak valid dan perlu diluruskan. Dirinya menyebutkan diperlukan data pembanding dengan sistem pemantauan kualitas udara lainnya.
"Sistem IQ Air adalah data yang sering dikutip, tapi juga ada pembanding yang menurut saya juga perlu dilihat, karena sekali lagi kita terima kasih dengan sistem pemantauan yang ada seperti ini untuk memberikan peringatan. Tetapi kalau diframing kita itu terkotor di seluruh dunia nomor satu, itu barang kali kita perlu melihat sumber informasi lain seperti yang Index Visual Map," terang Sigit.
Sigit menambahkan, data pada waktu itu di Jakarta itu 119, ada di Copenhagen itu 500, di Alaska terjadi kebakaran hutan 200, dan juga China 262, ada 208 di India, dan bahkan di Eropa ada satu kota di Spanyol 272. "Jadi artinya framing Jakarta terpolusi nomor satu di dunia perlu diluruskan," tambah dia.
Sigit menjelaskan cita-cita Indonesia sebagai bangsa maju, yang lepas menuju negara berpendapatan tinggi, maka harus memiliki budaya maju juga. Menurutnya, budaya orang-orang di negara maju, hirarki transportasi utamanya adalah pejalan kaki. Kemudian pesepeda, kendaraan umum, kendaraan listrik, dan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil adalah yang paling bawah.