PSBB Surabaya Berakhir Saat Kasus Tinggi, Pakar Khawatirkan Ini
Pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) dokter Muhammad Atoillah Isfandiari menilai, tingginya jumlah kasus covid-19 setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya berakhir pada 8 Juni 2020 lalu, diakibatkan status PSBB berhenti ketika Surabaya mencatat lonjakan kasus. Berhentinya PSBB saat ini dikhawatirkan akan memicu lonjakan kasus yang lebih tinggi.
"Pertama new normal belum dideklarasikan resmi oleh pemerintah tapi sudah disambut gagap gempita oleh masyarakat. Situasinya sebenarnya bukan persiapan new normal, tapi masih PSBB," kata Atoillah, Sabtu, 13 Juni 2020.
Atoillah menjelaskan, kelonggaran yang diberikan saat ini (tidak PSBB), bukan berarti protokol kesehatan tidak diberlalukan. Artinya protokol kesehatan covid-19, seperti memakai masker, physical distancing dan lainnya harus tetap berjalan. Karena Surabaya masih dalam puncak pandemi.
"Penghentian PSBB di masa puncak pandemi konsekuensinya puncak yang makin tinggi akan ada lagi yang lebih tinggi. Nanti malah lebih banyak. Kalau masyarakat melongarkan protokol kesehatan covid-19," jelasnya.
Menurutnya, saat ini memang belum ada laporan yang menyatakan adanya pelanggaran aturan kesehatan covid-19. Namun, dengan penambahan data yang terus meningakat artinya kemungkinan ada faktor risiko penularan yang tidak bisa dikendalikan.
Selain faktor tersebut, Atoillah juga mengungkapkan, adanya rapid test masal juga bisa digunakan sebagai indikasi semakin banyaknya jumlah kasus.
"Rapid tes yang menyebabkan jumlah kasus lebih meningkat bisa juga kita pertimbangkan. Namun, peningkatan kasus juga harus dilihat apakah selaras dengan jumlah PDP dan ODP, takutnya hanya menghabiskan PDP dan ODP saja. Tapi masyarakat luas belum tersentuh, harus dilihat dari dua sisi itu," paparnya.
Ia menambahkan, ketidak patuhan protokol kesehatan harus tetap diwaspadai. Masyarakat harus tetap menjalankan protokol kesehatan covid-19 bila ingin jumlah orang yang terinveksi menurun.
"Kuncinya mereka yang ditemukan sakit (covid-19) harus langsung dipisahkan dengan yang sehat. Orang yang sakit ditemukan, lalu harus dijaga agar tidak menularkan ke yang lain. Prokol harus tetap dipantau dan tidak boleh kendor," tutupnya.