Transgender Malang Berbicara Melalui Film Perempuan Tanpa Vagina
Seorang Transgender asal Malang, Merlyn Sopjan, turut menghadiri launching film berjudul "Perempuan Tanpa Vagina". Acara nonton bareng (nobar) itu digelar di Gedung Kuliah Bersama (GKB) 4, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis 17 Oktober 2019.
Merlyn menyampaikan, film yang berdurasi selama 17 menit 13 detik tersebut menceritakan tentang pandangan masyarakat Indonesia terhadap para transgender.
"Mengisahkan mengenai pandangan masyarakat terhadap transgender. Lalu penerimaan keluarga juga seperti apa. Sebenarnya lebih kepada masalah humanis sih," terangnya pada ngopibareng.id.
Merlyn menyampaikan, perbedaan sebagai sesuatu yang niscaya di tengah-tengah masyarakat. Maka dari itu, menurutnya, kita semua harus belajar menghargai perbedaan itu.
"Intinya bagaimana kita bisa memanusiakan manusia. Terlepas dari mendukung atau tidak (LGBTQ)," jelas alumnus Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang tersebut.
Merlyn bercerita dalam kehidupan sehari-hari, ia sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dari masyarakat, karena ia merupakan transgender.
"Seperti sering meremehkan contohnya. Dalam film ini yang mau saya angkat bagaimana teman-teman transgender itu dalam akses kehidupan sosialnya mereka mengalami kesusahan seperti perlakuan diskriminatif tadi," ujarnya.
Merlyn juga menekankan film "Perempuan Tanpa Vagina" ini bukanlah sebagai bentuk propaganda untuk melegalkan LGBT.
"Itu jauhlah dari tujuan kami. Tapi yang terpenting adalah cukuplah temen-temen waria bisa hidup ditengah-tengah masyarakat dengan penerimaan yang baik," tutupnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Nasional Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Ichsan Malik, sebagai pihak yang menginisiasi acara ini, mengatakan bahwa, ruang pemikiran dan gagasan harus inklusif terhadap keberagamaan.
"Kita kurangi dan harus bisa menghapuskan diskriminasi atas dasar perbedaan pendapat, pemikiran, agama, suku, dan yang masih sering dilakukan diskriminasi terhadap beberapa kelompok tertentu," tuturnya.
Karena dengan begitu, menurut Ichsan, kesatuan dan persatuan bisa tercipta di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Film garapan sutradara Rio Sumantri yang dinaungi oleh Cameo Project tersebut diputar di Auditorium GKB 4 UMM, sekitar pukul 16.30 WIB.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Rektor UMM, Asla Foundation yang bergerak dalam bidang kemanusiaan dan Dekan FISIP UMM.
Advertisement