Transformasi Seni Rupa: Medsos Mengubah Paradigma Publikasi Seni
Oleh : Wahyu Nugroho*
Pada tahun 2000'an ke bawah, seniman menghadapi tantangan yang tidak ringan ketika mereka hendak mempresentasikan karya seni mereka kepada publik. Salah satu tantangan utama adalah terbatasnya aksesibilitas ke pusat-pusat seni dan audiens yang lebih luas. Seniman harus berjuang untuk membuat karyanya dikenal dengan melakukan pameran keliling ke kota-kota besar di sekitarnya. Bahkan bila perlu, harus berpameran di kota-kota yang menjadi pusat perkembangan seni rupa, yang seringkali jauh dari tempat tinggal mereka.
Untuk memewujudkan keinginan agar suatu pameran bisa menarik perhatian publik, biasanya dengan membuat poster dan undangan cetak. Poster tersebut dipasang di tempat-tempat keramaian. Sedanglan undangan cetak disebarluaskan dari rumah ke rumah relasi, bahkan sampai ke luar kota. Walaupun undangan tersebut hanya berbentuk undangan biasa, namun biaya tambahan harus dikeluarkan jika mengundang orang-orang yang berada dalam jarak yang cukup jauh, yang memerlukan pengiriman melalui jasa pos.
Untuk dokomentasi dan publikasi tentang seniman dan karyanya, pada saat itu media cetak seperti koran atau majalah menjadi sarana utama. Bahkan beberapa seniman yang memiliki modal cukup, ia menerbitkan buku biografi atau autobigrafi dirinya. Selain itu, dalam penyelenggaraan pameran seni rupa, katalog cetak menjadi kebutuhan penting untuk melengkapi presentasi karya-karya seninya.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi informasi, terutama media sosial (medsos) dan dunia maya, paradigma ini telah berubah secara dramatis. Perubahan tersebut telah mengurangi jurang dan perbedaan yang dulu ada antara seni rupa di daerah dan di pusat.
Perkembangan teknologi di dunia maya telah menghasilkan dampak signifikan dengan mempersempit jurang yang ada. Sebelumnya, seni sering kali terbatas oleh batasan geografis dan aksesibilitas fisik. Namun, dengan kehadiran platform online, seni rupa dapat dengan mudah diakses, dibagikan, dan dipromosikan oleh seniman, menghilangkan hambatan geografis yang dulu ada. Dari hasil pengembangan teknologi di dunia maya, seniman yang tinggal di daerah sekarang memiliki akses global, dapat berkolaborasi dengan rekan seniman dari berbagai lokasi, dan tetap terhubung dengan akar budaya mereka. Hal ini merupakan tonggak penting dalam mengubah cara seni rupa diproduksi, dipromosikan, dan diakses oleh masyarakat luas.
Saat ini, berbagai platform media sosial telah tersedia, seperti YouTube, Facebook, Instagram, Pinterest, Twitter, LinkedIn, dan lain sebagainya. Selain itu, WhatsApp, yang dibuat oleh Brian Acton dan Jan Koum, juga telah menjadi salah satu platform komunikasi yang sangat populer. Dikutip dari Hootsuite, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia telah mencapai 160 juta orang, atau setara dengan 59% dari total jumlah penduduk Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia, termasuk para seniman, semakin menyadari manfaat dan pentingnya media sosial dalam mendukung perkembangan karier mereka.
Aksesibilitas Global
Dengan hadirnya media sosial dan platform seni online, seniman daerah kini dapat dengan mudah mengakses audiens global, membagikan karyanya, berinteraksi dengan penggemar, bahkan menjual karya melalui internet. Hal ini tidak hanya meningkatkan pengakuan seniman lokal, tetapi juga mendukung perkembangan karier seni mereka secara berkelanjutan.
Kolaborasi Jarak Jauh
Medsos juga memfasilitasi kolaborasi seni yang lebih besar antara seniman dari berbagai lokasi geografis. Seniman yang dulunya terisolasi di daerah sekarang dapat berkolaborasi dengan seniman dari pusat seni internasional tanpa harus berpindah tempat. Mereka dapat bekerja sama dalam proyek seni bersama, mengadakan pameran daring, atau menciptakan karya seni yang menggabungkan berbagai gaya dan budaya. Kolaborasi semacam ini membawa keberagaman dan inovasi baru ke dalam dunia seni rupa.
Pengaruh Budaya Lokal
Medsos dan dunia maya juga memungkinkan seniman untuk tetap terhubung dengan akar budaya dan identitas lokal mereka. Mereka dapat menggunakan platform ini untuk mengungkapkan kekayaan budaya mereka sendiri, mencari inspirasi dari lingkungan sekitar, dan menjaga warisan seni daerah mereka. Internet bukan hanya alat globalisasi tetapi juga alat untuk memperkuat dan memelihara keragaman budaya.
Pameran Virtual
Pameran seni rupa secara fisik sering memerlukan anggaran besar dan waktu yang lama untuk disiapkan. Namun, dengan adanya pameran seni virtual, seniman dari daerah dapat memamerkan karya mereka secara online tanpa perlu merogoh kocek besar. Ini juga memungkinkan pengunjung dari seluruh dunia untuk melihat dan mengapresiasi karya seni tanpa harus datang secara fisik ke lokasi pameran. Pameran seni virtual telah menjadi alternatif yang sangat berguna untuk menyebarkan seni rupa secara lebih luas.
Perubahan Paradigma
Medsos dan dunia maya telah mengubah cara seni rupa dinilai dan dievaluasi. Kini, seniman tidak hanya bergantung pada kurator pusat seni atau galeri untuk mengukuhkan status seni mereka. Mereka dapat membangun basis penggemar sendiri dan mendapatkan pengakuan melalui respon online. Ini telah mengubah paradigma di dunia seni rupa, dengan pengakuan seniman yang lebih didasarkan pada apresiasi dari masyarakat umum daripada otoritas pusat.
Era digital dan perkembangan dunia maya adalah fakta yang tak terhindarkan, sehingga seniman perlu bersikap progresif, adaptif, dan terbuka terhadap perubahan teknologi. Dengan sikap-sikap ini, seniman dapat mengoptimalkan potensi dunia maya untuk meningkatkan kualitas dan dampak karya seni mereka, sambil tetap menjaga integritas seni dan identitas kreatif mereka.
Berkat kemajuan teknologi dunia maya dan media sosial, seniman saat ini tidak perlu merasa terkucil atau terbatas dalam berkembang hanya karena tinggal di daerah yang jauh dari pusat seni rupa. Melalui internet, mereka dapat dengan mudah mengakses sumber inspirasi global, berkomunikasi dengan sesama seniman dari seluruh dunia, dan membagikan serta menjual karya mereka secara online tanpa harus meninggalkan tempat tinggal. Hal ini telah menciptakan kesempatan baru dan mengubah paradigma dalam dunia seni rupa, di mana seniman yang dulunya merasa terbatas oleh keterpencilan geografis sekarang memiliki potensi untuk menjadi bagian dari komunitas seni yang lebih besar dan mendapatkan pengakuan internasional, semua ini dapat dicapai dengan mengadopsi teknologi dan memanfaatkan kekuatan dunia maya, sehingga seniman di daerah dapat berkembang dan memperluas dampak seni mereka tanpa harus tinggal di pusat-pusat seni rupa yang terkenal.
Tidak dapat disangkal, ada sejumlah seniman memilih untuk tidak memanfaatkan teknologi dunia maya dan media sosial dalam karier mereka. Meskipun demikian, persentase seniman yang berhasil dalam hal popularitas dan kesuksesan dengan pendekatan ini relatif rendah. Pada umumnya, seniman-seniman ini telah mencapai tingkat popularitasnya sebelum era tahun 2000-an.
*Wahyu Nugroho, perupa yang tinggal di Purwosari-Kab. Pasuruan