Transaksi Digital Mudah, Ulama: Jangan Abaikan Ketentuan Syariah
Kemajuan teknologi memudahkan banyak hal termasuk transaksi keuangan. Transaksi yang dulunya memakan waktu lama kini tinggal hitungan detik dalam sekali klik.
Kalangan ulama dan tokoh Islam Indonesia mengingatkan agar segala kemudahan yang ditawarkan dunia digital tersebut tidak lantas membuat kita mengabaikan aspek kesyariahan di dalamnya.
“Banyaknya kemudahan di era digital, seperti pembayaran sekali klik, tetap harus kita awasi agar ketentuan-ketentuan di dalamnya tidak menyimpang dari hukum-hukum syariah,” ujar Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud, dalam keterangan dikutip Jumat 7 Oktober 2022.
Sebelumnya, Kiai Marsudi Syuhud membuka International Fiqh Contemporary Transaction in Digital Finance from Islamic Jurisprudence Perspective, belum lama ini di Jakarta. Dalam kegiatan yang menjadi bagian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2022 itu, Kiai Marsudi memaparkan, perkembangan teknologi yang drastis bisa memicu terjadinya perubahan hukum.
Hal itu, kata dia, sesuai dengan kaidah al-Jam’u baina ats-Tsabat wa at-Tathawwur. Bagaimana hukum syariah tetap relevan dengan permasalahan yang terus menerus berkembang dan berubah begitu cepat.
Program Ekonomi Syariah
Dia menyebut, transaksi digital yang memudahkan dan cepat itu juga berimbas pada ekonomi syariah. Menurutnya, ekonomi syariah berbasis hukum ketetapan Allah SWT yang disatukan dengan perubahan zaman.
“Penggunaan transaksi secara digital dewasa ini tidak bisa dihindarkan. Karena zaman yang terus berkembang, transaksi dapat pula dilakukan hanya dengan sekali klik,” kata Kiai Marsudi, dilansir mui-digital.
Kiai Marsyudi menyebut, kurang pahamnya konsumen terhadap mekanisme transaksi digital membuat adanya potensi kecurangan yang merugikan konsumen. Selain itu, ketidakpahman konsumen terhadap mekanisme transaksi juga membuatnya tidak paham akad apa yang digunakan dalam melakukan transaksi.
“Semakin mudahnya masyarakat mengakses Internet dan tidak bertemunya para pihak secara langsung, memungkinkan konsumen yang hendak memesan produk bisa saja sekadar iseng atau terjadi penipuan identitas konsumen atau bahkan produsen,” ujarnya.
Masalah seperti ini, ujar dia, dihadapi oleh konsumen muslim di berbagai belahan dunia. Hal seperti ini tentu saja tidak bisa dihindarkan dari perjalanan arus ekonomi global.