Tragedi Sigi, Katib Aam PBNU: Tak Cukup Mengecam Kebiadaban
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengingatkan, kaum agamawan tak cukup hanya mengecam ada serentetan aksi kebiadaban yang terjadi akhir-akhir ini. Perlu adanya sikap jujur dan terbuka untuk mencari jalan keluarnya.
"Kita menyaksikan pola mengerikan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di Paris, Nice, Wina, Alepo, Mosul, Libya, Nigeria, dan Sigi, dan entah di mana lagi di berbagai belahan bumi. Ini adalah krisis global yang mengancam keutuhan peradaban," tutur Gus Yahya, panggilan akrab Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, dalam keterangan Senin, 30 November 2020.
Ia mengungkapkan hal itu, terkait tragedi kemanusiaan yang menewaskan empat orang dalam satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah. Hal itu, sebagaimana keterangan pihak Polda Sulteng, aksi terorisme itu dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora. Kini, aparat negara tengah mencari dan memburu pelakunya.
Gus Yahya mengingatkan, umat Islam bersama seluruh umat manusia harus mendialogkan masalah ini secara jujur dan terbuka untuk mencari jalan keluarnya.
Menurutnya, pernyataan bahwa "kebiadaban itu tidak mewakili Islam", tidaklah cukup. Jelas ada masalah dalam Islam, dan ada masalah dalam hubungan antarkelompok --baik agama, etnis, ideologi-ideologi sekuler, maupun identitas-identitas lainnya-- di tengah keragaman warga peradaban dunia ini.
"Masalah apa pun terkait hal ini tidak boleh ditutup-tutupi ataupun dielakkan. Jalan keluar hanya mungkin ditemukan apabila semua pihak bersikap jujur dan terbuka," tutur Gus Yahya, yang aktif dalam kegiatan upaya-upaya perdamaian dunia dalam pelbagai forum internasional.
Menurut Gus Yahya, Nahdlatul Ulama menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada para korban dan keluarga mereka. Nahdlatul Ulama telah menjadikan upaya mencari jalan keluar dari krisis ini sebagai tanggung jawab keberadaannya.
"Kami tidak akan berhenti dalam upaya ini hingga ada titik terang menuju tatanan yang lebih baik, lebih adil dan lebih harmonis bagi peradaban kita," kata Gus Yahya, yang belum lama ini menjalankan dialog dalam Forum Perhelatan GP Ansor di Jakarta, dihadiri Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, akhir Oktober lalu.